tag:blogger.com,1999:blog-76243370079977046052024-03-13T04:39:11.236-07:00Coretan KarinaninaKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-32260887189602494942013-11-14T02:24:00.001-08:002013-11-14T02:25:25.116-08:00NGOMONG DONG!Gak susah kan ngomong ? Apa maunya, apa yang sebenarnya terjadi. Ngomong, ngomong, ngomong! gitu aja kok repot.<br />
<br />
Bagi sebagian orang, perempuan maupun laki-laki, penjelasan perlu untuk menentukan langkah berikutnya apakah sebuah hubungan berlanjut atau tidak, nggak gantung. Tapi banyak juga yang menganggap hal itu bukan sesuatu yang penting. Bagi mereka yang terbiasa menggantung hati orang mungkin itu gak penting, tapi sebenarnya itu bukan saja penting melainkan menentukan hubungn kita kedepannya, menjadi baik atau buruk.<br />
<br />
Saat sebuah hubungan berakhir melalui obrolan yang jelas dan satu sama lain mengerti dan menerima alasan masing-masing, biasanya hubungan akan tetap berlanjut hanya berubah satus saja, dari pacaran menjadi sahabat atau teman. Minimal walaupun tidak lagi sering bertemu tapi silaturahmi atau hubungan tetap baik.<br />
<br />
Berbeda jika sebuah hubungan berakhir karena sang kekasih menghilang begitu saja, atau menghindar tanpa kejelasan, tanpa kabar. Selain berakhir dengan sakit hati di satu pihak juga akan menyisakan tanda tanya besar, apa salahku? apa kekuranganku? apa yang sebenarnya terjadi???? Padahal semua pertanyaan itu bisa terrjawab dengan NGOMONG!!!! Itu intinya.<br />
<br />
Jagakarsa Kamis 141113 17.23<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-31413852830842452952012-06-06T05:53:00.001-07:002012-06-06T09:01:32.160-07:00GIMANE INGGRISNYE<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-ObWPbUKXc1M/T89QmHSlDRI/AAAAAAAAAIM/lAbUgl5UlVQ/s1600/nampang.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-ObWPbUKXc1M/T89QmHSlDRI/AAAAAAAAAIM/lAbUgl5UlVQ/s320/nampang.JPG" width="242" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;">Anina Karin (BensRadio) : lagi mikir, ide apalagi ya yang seru?</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Inggris memang sudah jadi bahasa yang wajib dikuasai selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah tentunya. Bahasa Inggris sudah menjadi bagian penting baik dalam pergaulan, pekerjaan dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalahnya adalah kadang kesempatan untuk belajar dan berlatih untuk memperlancar tidak semudah yang kita pikirkan, termasuk kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan berbahasa yang baik tanpa harus mengeluarkan biaya alias gratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai orang yang bekerja di radio dan mempunyai banyak kesempatan berbagi dengan pendengar, timbul keinginan untuk berbagi tentang hal ini sekaligus belajar bersama. Dari sinilah berawal pemikiran untuk berbagi melalui program Gimane Inggrisnye.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beruntung VOA Washington DC yang digawangi oleh Dewi, Ronan, dan teman-teman menyambut baik ide ini dan jadilah kami merumuskan bagaimana konsep yang asyik buat berbahasa Inggris diudara. Cara belajar bahasa Inggris yang simple tapi tetep menarik untuk disimak dan bermanfaat.</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-6FmfJJHtxeo/T89QR4BLpcI/AAAAAAAAAIE/hPX1yIwNkaA/s1600/dewi-ronan-voa=bens=radio.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-6FmfJJHtxeo/T89QR4BLpcI/AAAAAAAAAIE/hPX1yIwNkaA/s1600/dewi-ronan-voa=bens=radio.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;">Mpok Dewi dan Bang Ronan dari VOA Washington DC</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Proses pengembangan ide ini berjalan berbulan-bulan sampai akhirnya awal januari 2011 kami sepakat melahirkan sebuah program GIMANE INGGRISNYE, insert belajar bahasa Inggris dengan durasi 2 menit. Materi dari insert ini sendiri lebih kepada kamus bahasa Inggris namun dikemas jadi sebuah cerita-cerita pendek yang menarik dalam dialek Betawi dengan pengisi suara langsung dari team VOA Washington DC. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang menarik adalah beberapa pengisi suara yang bernama Susan dan Mike. mereka adalah dua orang warga negara asli Amerika namun mau bersusah payah belajar bahasa Indonesia untuk membantu terwujudnya Gimane Inggrisnye menjadi lebih menarik untuk didengar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih dari satu tahun berjalan, program ini ternyata menjadi program yang cukup disukai pendengar. Nah, abang none mau dengerin juga? Silahkan klik www.bensradio.com lalu cari insert dan pilih Gimane Inggrisnye, disana bisa didengerin juga beberapa contohnya. Kalau mau lebih puas lagi, bisa dengerin 106.2 FM Bens Radio karena insert ini diputar setiap 2 jam sekali di Bens Radio.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terimakasih buat teman-teman VOA Washington DC khususnya Mpok Dewi dan Bang Ronan yang sudah kerja keras mewujudkan ide kita bersama, semoga program Gimane Ingrisnye tetap lancar ya. Terimakasih juga buat Mpok Susan, Mike, Teddy dan team creative dari VOA Washington DC. Khusus buat Babe Norman Goodman, Thank You Gede, buat semuanya. Salam Betawi Punya Gaya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-88775174001248313522012-05-21T09:31:00.002-07:002012-05-21T09:31:45.841-07:00Menikmati Rasa Sakit.....<div style="text-align: justify;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-gFWnhlySTvI/T7ptyCC02gI/AAAAAAAAAH4/7YhtFyJk3Cs/s1600/profile+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-gFWnhlySTvI/T7ptyCC02gI/AAAAAAAAAH4/7YhtFyJk3Cs/s1600/profile+2.jpg" /></a>Menyukai seseorang tumbuh dengan sendirinya, bukan sengaja ditanam. Benih itu muncul dengan sendirinya tanpa kita sadari. namun hal yang sebenarnya kita sadari adalah pada saat kita memupuk rasa suka itu hingga berbuah sayang dan akhirnya cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya, perjalanan cinta itu tidak selalu berjalan mulus, apalagi jika sebenarnya kita tahu dari awal bahwa cinta yang kita jalani kemungkinan besar tidak akan berbuah manis. Dari sinilah rasa sakitpun mulai datang. Hati mulai pegal, sesak, karena harus memulai perang dengan perasaan antara bertahan atau pergi sebelum hati bertambah sakit?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pergi, itu langkah yg tepat, tapi siapkah dengan rasa sakit yg akan datang bahkan sudah mulai terasa? Menjalar ke setiap rongga dada...??? Mau tak mau... suka atau tidak.. lebih baik menikmati rasa sakit..., karena jika tidak, mungkin akan terus tersimpan dan tertimbun hingga satu saat semakin sulit hilang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak mudah memang, bahkan penuh dengan air mata...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senin, 21 Mei 2012 11.27PM</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-62827202624981543632012-02-02T10:15:00.000-08:002012-02-02T10:15:59.232-08:00Seseorang dari Masa Lalu - Baik Baik Saja<div style="text-align: justify;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-JmEXPxY1kFA/TyrSsHRB0OI/AAAAAAAAAHw/O_yMzRtd_KU/s1600/Picture+002.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-JmEXPxY1kFA/TyrSsHRB0OI/AAAAAAAAAHw/O_yMzRtd_KU/s1600/Picture+002.jpg" /></a>Jumat sore minggu lalu tiba-tiba saja pikiranku tertuju pada mantan kekasihku, yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, bahkan komunikasipun tidak pernah lagi sejak aku pergi pindah ke Jakarta.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak ada angin tak ada hujan dan tak ada tanda-tanda lain sebelumnya, pokonya tiba-tiba saja ingat 'dia', mampus ga tuh? Dan aku bukan tipe orang yang suka menahan-nahan, jadi hal pertama yang kulakukan adalah segera mencari data nomor telepon dan hasilnya.....nihil. Nomor teleponnya sudah kuhapus, karena nomorku sudah berganti beberapa kali dalam 5 tahun ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku penasaran, mengapa tiba-tiba dia mengunjungi pikiranku dan terus menerus tidak berhenti sore itu, itu sangat menganggu. Jadi daripada gila karena penasaran, aku menyimpan maluku dalam saku dan ku bbm sohibku yang pernah tau ceritaku dengan 'dia'.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Gotcha!! nomornya kudapat, tapi aku harus kecewa karena teleponku tak diangkat. Hm..ternyata masih tetap seperti dulu, tak pernah mau mengangkat telepon tak dikenal. Untungnya saat itu aku sedang disibukkan dengan persiapan event, di luar jakarta pula, jadi kekecewaanku terobati dengan kesibukan yang menyita waktu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiga hari kemudian alias hari Senin, akhirnya aku berhasil menghubunginya dan syukurlah, ternyata dia baik-baik saja. Seharian aku dan dia saling balas sms, ketawa ketiwi menertawakan hal-hal kecil yang menjadi lucu karena basic masa lalu diantara kita. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">So..bagaimana selanjutnya? tidak ada, that's it! Semua kangenku terobati dan pertanyaanku terjawab, dia <i>baik-baik saja</i> dan akupun jadi <i>baik-baik saja. </i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Garing? mungkin, tapi ada yang kupetik dari kejadian ini bahwa jika kita menyayangi orang dengan setulus hati, sampai kapanpun kita bisa memberikan perhatian tulus tanpa berharap apapun. Bahkan saat kita tidak bisa memiliki orang yang kita sayangi tersebut kita akan tetap menyayanginya sebagai seorang yang pernah mendapat tempat istimewa tanpa terbebani. Pada suatu saat kita mengingatnya jangan pernah malu untuk menyapa sekedar menanyakan kabar karena itu bukan suatu dosa, asalkan tidak ada maksud lebih, apalagi jika orang yang kita sayangi sudah menjadi milik orang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selamat malam 'K', senang mendengarmu <i>baik-baik saja, </i>semoga istrimu juga <i>baik-baik saja.</i> Aku disini juga <i>baik-baik saja </i>dan semoga kita semua selalu<i> baik-baik saja</i>, Amin...</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-79256549067817479192012-01-26T09:35:00.000-08:002012-01-26T09:45:22.582-08:00Amunisi dari Bapak......<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-L9_oBYt3k5Y/TyGOAiFYPaI/AAAAAAAAAHk/YnKPS07yQ1c/s1600/aku+dan+bapaku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-L9_oBYt3k5Y/TyGOAiFYPaI/AAAAAAAAAHk/YnKPS07yQ1c/s1600/aku+dan+bapaku.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Dalam keadaan yang menyebalkan, siatuasi yang tidak berpihak pada yang menyenangkan, kadang perasaan yang timbul adalah pengen marah nggak karuan tapi ga tau mesti numpahin kemarahan sama siapa? Atau pengen melakukan hal-hal yang biasanya justru kita hindari. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beruntung, aku selalu ingat apa kata bapakku, dan itu menjadi senjata paling ampuh untuk mengobati kesedihan dan menjadi amunisi buatku meneruskan hidup. </div><ul style="text-align: justify;"><li>Bapa : <i>"... dimana wae hidep ayana, lamun urang bisa ngaliwatan tilu hal, Insya Allah panggih jeung kabagjaan..." (</i>dimanapun kamu berada kalu kita bisa melewati 3 hal, Insya Allah akan menemukan kebahagiaan)<i></i></li>
<li>Aku : <i>"...naon wae Pa...?"</i> (...apa aja Pak?)</li>
<li>Bapa : <i>"..kahiji - tahan Lapar, kadua-tahan Lara, nu katilu-tahan Wirang.."</i> (kesatu-tahan lapar, kedua-tahan sengsara, yang tiga-tahan dipermalukan)</li>
<li>Aku : <i>"..maksadna kumaha Pa..? Abdi teu ngartos.."</i> (maksudnya gimana Pa? Saya nggak ngerti)</li>
<li>Bapa : <i>"<b>Tahan lapar.</b>.., maksudna, diajar nahan nu asup kana beuteung urang. Najan dina kayaan lapar ulah wani-wani ngadahar nu lain hak urang, puasa lebih bagus.<b>Tahan Lara</b>.., maksudna lamun urang keur aya dina kayaan sangsara batin, boga kanyeri ulah sombong, ulah rasa maneh ngan urang wungkul nu boga kanyeri, inget Allah moal mere kanyeri nu ngaleuwihan kamampuan panarimaan manusa, jadi lamun sedih tong kamalinaan. Tong ngantepkeun cipanon juuh, lebar. Ari <b>Tahan Wirang....</b>, maksudna, lamun urang dieera, difitnah jeung sajabana, singhareupan ku hate nu beresih. Insya Allah hidup anjeun bagja geulis..,,"</i></li>
<li>(<b>Tahan Lapar </b>maksudnya..belajarlah menahan apa yang masuk ke dalam mulut kita. Walaupun dalam keadaan lapar, jangan pernah berani makan apa yang bukan hakmu, lebih baik puasa. <b>Tahan Lara,</b> maksudnya..kalau kita ada dalam keadaan sengsara hati atau batin, sakit hati, jangan sombong, jangan merasa kita yang paling sakit. Ingat...Allah tidak akan memberikan penderitaan melebihi yang mampu diterima manusia, jadi kalau sedih jangan merasa terlalu sedih, jangan membiarkan air matamu mengalir terlalu deras, sayang. Kalau<b> Tahan Wirang,</b> maksudnya adalah..kalau kamu dipermalukan, difitnah dll, hadapi semua dengan hati bersih. Insya Allah hidupmu Bahagia nak....)</li>
</ul><div style="text-align: justify;">Obrolan itu selalu terngiang-ngiang ditelingaku dan mampu membangkitkan semangatku kembali saat aku mulai lelah. Nuhun Apa...</div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-57991398139342863832012-01-22T09:06:00.000-08:002012-01-22T09:06:22.496-08:00me, coffee'n cigarettes<div style="text-align: justify;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-G8t6WD6DgKo/TxxBITZrZ3I/AAAAAAAAAHQ/inGx4LTwzWE/s1600/coffee.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-G8t6WD6DgKo/TxxBITZrZ3I/AAAAAAAAAHQ/inGx4LTwzWE/s320/coffee.jpg" width="320" /></a>Bukannya aku tidak tau kalo rokok itu bahaya bagi kesehatan, semua perokok juga pasti tau akibat buruk dari merokok, terutama yang paling terasa olehku akibat buruk tercepat yang terjadi dari kebiasaanku merokok adalah perubahan warna gigiku yang dulu putih bersih kini tidak indah dipandang, wew...!!! tapi kalo masalah lain yang ditimbulkan selain itu aku tidak pernah merasakannya, dan mudah-mudahan tidak akan pernah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Meskipun aku tau bahaya rokok buat kesehatan, tapi masalahnya adalah justru rokok adalah hal yang aku butuhkan selama beberapa taun ini sejak aku mengenalnya untuk pertama kali dalam hidupku. Nah lho...! Iya, karena kalo enggak, mulut bakal terasa asem, tidak bergairah dan lain-lain. Aneh lah pokonya. Yang paling gila, justru dengan rokok timbul sugesti aku menjadi baik-baik saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>Me, Coffe'n Cigarettes,</i> seperti soulmate yang tak bisa dipisahkan. menemaniku bekerja, menulis, corat-coret hingga aku tidak merasa sepi, aku bisa mendapatkan kembali semangat yang mulai surut pada saat menyeruput kopi dan merokok. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pernahkah ada keinginan berhenti? Yess, ofcourse! Tapi susahnya minta ampun. Kuatnya hanya dua hari, itu pun hampir pingsan rasanya. Entahlah, apa aku bisa mencobanya dilain waktu? Karena yang aku rasakan justru duet maut si <i>'asap dan secangkir kopi'</i> ini banyak membantuku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Siapa yang menemaniku saat aku <i>sedih?</i> coffee'n cigarettes, saat aku <i>panik?</i> coffee'n cigarettes, saat aku <i>gelisah?</i> coffee'n cigarettes, saat aku cari <i>ide? </i>coffee'n cigarettes, bahkan pada saat aku dikamar mandi untuk<i> buang amarah</i> a.k.a BAB? coffee'n cigarettes.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>That's why</i> aku bilang duo dahsyat itu adalah soulmate-ku. Mungkin posisi coffee'n cigarettes akan berubah saat ada yang bisa memindahkan rasa ketergantungan itu pada orang yang bisa membuatku beralih. But when and who? <i>...don't know yet!</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-65073520272461168442012-01-19T20:51:00.000-08:002012-01-19T20:51:20.734-08:00Pertanyaan<i>Laparku tak terhentikan..<br />
menikmati bermangkuk-mangkuk dosa berkuah alasan kebebasan..<br />
lelah menikahi masa mencium nasib..<br />
menyetubuhi waktu diantara tirai-tirai raga munafik.<br />
<br />
<br />
Dimana puasku...</i><br />
<i>asaku..?<br />
jiwaku..?<br />
<br />
Mungkinkah tergadai saat dagu terangkat menantang zaman?</i><br />
<i>malu bertekuk lutut......</i><br />
<i>lalu takut menengok gerbang bertuliskan kodrat..</i><br />
<br />
Anina Natapraja, 22 Maret 2009 13.32<br />
Jagakarsa – JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-64978362578192831692012-01-19T08:31:00.000-08:002012-01-19T08:31:49.686-08:00Sarapan<i>Aku ingin mencium mentari...<br />
namun terhalang mendung yang menangis<br />
padahal nafasku tlah seharum embun<br />
<br />
Hm.....mungkin ku peluk saja punggung pagi...biar hangat<br />
meski aku kan terkena air matanya..</i><br />
<br />
Anina Natapraja, 19 Jan'09<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-16834599514018816462012-01-19T08:20:00.001-08:002012-01-19T08:20:30.707-08:00Tak Perlu Telanjang<i>Kau tak perlu telanjang agar aku memanggilmu lelaki<br />
tak perlu berjambang kau sudah jantan<br />
aku tau kau pria berkharisma..<br />
<br />
Kau tak perlu telanjang agar aku memelukmu erat<br />
tak perlu berjalan gagah kau tampak menawan<br />
aku tau kau pria yang tampan..<br />
<br />
biarlah kau dengan bedakmu<br />
biar kau dengan kemayu dan gemulaimu..<br />
biar lah orang memanggilmu jeng..<br />
<br />
dari matamu aku tau<br />
kau ingin aku memanggilmu abang..</i><br />
<br />
Anina Natapraja, 1 Maret 2009, 21.30<br />
Jagakarsa - Jakarta SelatanKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-50084401301178964782012-01-18T23:41:00.000-08:002012-01-19T02:07:40.546-08:00Yang Terpilih - Bag. 5 (Anina Karin)<i>(Firdaus meminta Ami kembali padanya. Sakit, perih namun haru. Tapi Ami tak mau pikiran tentang Daus mengganggu pertemuannya dengan Giri. Dan betapa terkejutnya saat Giri mengatakan bahwa dia mengatakan pada kerabatnya bahwa Ami adalah calon istrinya).</i><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"> Aku masih terkaget-kaget dengan apa yang Giri katakan. Bisa-bisanya dia bilang sama saudaranya bahwa aku ini calon istrinya. Apa enggak salah? Atau otaknya sedikit beku karena udara Bandung yang dingin hingga saluran darah diotaknya sedikit tersumbat?</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Kamu jangan gila, nanti kalau dia pikir kamu serius gimana?” </i>tanyaku was-was.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Aku memang serius”</i>. Meletus balon hijau deh. Kejutan apalagi yang kudapat hari ini? Tadi pagi aku dilanda minder dan sekarang aku melambung keawang-awang dengan omong kosong orang yang baru kukenal 2 hari.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Berisik ah, becandanya enggak lucu”.</i> Aku mencoba menghentikan pembicaraan, tapi Giri pantang menyerah.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Kamu enggak tau ya? Sebelum ke Bandung, aku tanya sama Toma dan dia banyak cerita tentang kamu. Menurutku apa yang Toma bilang dan yang aku dengar dari cara kamu bicara, semuanya cocok. Maksudku kamu emang orangnya asyik, dan simple, terus terang saja aku suka orang seperti kamu. Dan aku memang bukan cari pacar, tapi cari istri.”</i> Lagi-lagi dengan kalemnya dia menjawab.</div><div style="text-align: justify;"> Kalau saja ada kaca pasti aku bisa melihat mukaku berubah memerah, mungkin semerah kepiting rebus. Aku yang tomboy ini, yang creambath juga karena terpaksa, katanya orang yang cocok buat dia. Apa yang sedang terjadi di dunia pejantan Indonesia sekarang ini?</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Aku cocok buat kamu? Halo..cowok, enggak salah liat nih? Aku hampir mirip cowok, cuma rambut aja yang sekarang agak panjang, mana mungkin kamu suka sama aku? Aku hanya punya suara bagus, bukan body yang bagus.” </i> Aku berhenti sesaat membetulkan resleting jaketku yang sedikit terbuka, karena udara dingin mulai menggangu.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“kamu tau nggak? Aku sebenarnya minder ketemu kamu, kamu ganteng, ideal buat jadi cowok yang dikejar banyak cewek, sementara aku? Aku cuma cewek biasa yang nggak punya kelebihan apapun”. </i>Aku bertutur seperti ustadzah yang berusaha mengembalikan pikiran orang dari jalan sesat.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Kok ngomong begitu sih? Menurutku kamu manis. Memangnya apa yang salah kalau aku suka sama kamu? Hanya karena aku baru ketemu?" </i>Giri menjawab dengan kening berkerut, lalu dia meneruskan, <i>“kalaupun aku ketemu kamu sebelum mendengar suara kamu, aku yakin aku bakal suka sama kamu”.</i> Aku siap membantah lagi, namun tak jadi karena mobil keburu berhenti, kami sudah sampai di Pajajaran, tempat sepupunya Giri.</div><div style="text-align: justify;"> Belum sempat aku turun seorang cowok cakep bahkan cenderung cantik karena cakepnya langsung menghampiri kami. </div><div style="text-align: justify;"> <i>“Hai, kamu pasti Ami, ehm….memang bener, manis. Persis seperti kata Mas Giri, aku Adam, sepupunya Mas Giri”.</i> O ow..! kok kemayu.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Hai Adam…” </i>aku balik menyapa tanpa banyak komentar karena masih terpesona dengan gaya Adam yang 180 derajat adalah kebalikanku.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Ayo Dam, pergi sekarang”,</i> Giri mengajak tanpa keluar dari mobil, katanya biar cepat berangkat.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Tunggu bentar !”</i> seperti bingung, Adam terdiam sesaat, kemudian ia menatap Giri dengan sorot meminta, <i>“Mas, aku boleh bawa temen enggak? Yang tadi pagi datang itu lho, enggak enak kalo ditinggal. Kalo enggak boleh, ya enggak apa-apa, berarti aku enggak ikut”. </i>Adam menunduk sambil mempermainkan kuku jarinya. Ya ampun, dia merajuk.</div><div style="text-align: justify;"> Giri tertawa, <i>“ya udah ajak aja, tapi cuma makan bareng, acara selanjutnya kamu sama temanmu enggak boelh ikut, ok?”</i> jawab Giri sambil mengedipkan mata kearahku. Ih apa maksudnya si Giri ini.</div><div style="text-align: justify;"> Kesunyian melanda aku dan Giri saat menunggu Adam mengajak temannya yang masih didalam rumah, aku terpaksa mengalihkan perhatian melihat-lihat pekarangan rumah Adam yang tertata rapih dan asri. Hm..rumah yang cantik. </div><div style="text-align: justify;"> <i>“Sorry ya mi, temennya Adam ikut”, </i>Giri memecahkan kesunyian, <i>“tadinya aku juga enggak berniat ngajak adam, tapi kasihan, dia lagi patah hati tuh. Minggu kemarin dia baru diputusin cowoknya”. </i> Mataku yang dari tadi menatap ke pekarangan langsung menoleh dengan cepat menatap Giri. Giri sepertinya mengerti apa yang aku pikirkan.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Iya, Adam gay.” </i> berarti benar dugaanku saat pertama kali melihatnya.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Pantes…dia lembut banget..” </i>aduh, dasar mulut bocor, kata-kata itu meluncur begitu saja, lalu cepat-cepat kuralat, <i>‘eh, sorry, aku enggak bermaksud…” </i>Giri langsung memotong.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “It’s ok, tenang aja.” </i>Kami diam lagi. Tiba-tiba aku merasa curiga, kutatap Giri dengan sorot mata yang membuat Giri melihatku dengan pandangan sedikit tersinggung tapi akhirnya dia tertawa, <i>“Bukan ! aku bukan gay, kalau itu yang kamu pikirkan”, </i>aku menghembuskan nafas lega, sementara Giri menahan senyum. Penasaran aku kembali bertanya, <i>“terus yang sekarang diajak ini pacarnya yang baru?”</i> Giri tersenyum.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Bukan, dia temen deket mantan pacarnya, mungkin Adam pengen ngorek keterangan dari dia, kenapa cowoknya mutusin dia”. </i>Giri menoleh kearah pintu rumah,<i> “ itu dia temennya Adam”.</i></div><div style="text-align: justify;"> Aku terpekik begitu melihat lelaki yang muncul bersama Adam. Gusti Nu Agung, itu kan Arif. Aku melirik Giri, dengan terbata-bata aku bertanya dengan harapan jawaban yang aku dengar bukanlah jawaban yang ingin kudengar.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Siapa nama pacar Adam?” </i>Giri memandangku dengan pendangan penuh tanda tanya, tapi aku tak peduli. Aku bertanya lagi, dan Giri menjawab, <i>‘namanya Firdaus. Kenapa?”</i> Sepi, aku terdiam.</div><div style="text-align: justify;"> Oh Tuhan, Firdaus Gay. Dadaku langsung di dera rasa sesak yang amat sangat, menahan turunnya air mata. Jangan, kumohon airmata, jangan turun ke pipiku. Seandainya saja aku bisa, ingin sekali aku lari keluar dari mobil dan pulang. Tapi Giri melihat mataku memerah.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Kenapa ami? hey..kenapa?”</i> Giri memegang bahuku, sepertinya dia tau aku terguncang mendengar nama yang baru saja dia sebutkan. <i>‘Kamu jangan takut, bilang aja, kenapa?” </i>aku menatap Giri, lama. Dengan susah payah, terucap juga kalimat itu, <i>“Firdaus, 3 tahun yang lalu dia pacarku, dan tadi pagi, dia meneleponku memintaku kembali padanya”.</i> Dan pecahlah kedua tanggul yang menahan derasnya air mataku. Lalu tangan-tangan kekar giri menarikku kedalam pelukannya. Aku sempat ragu, tapi aku mendengar pemilik tangan itu berkata, <i>“menangislah Ami, menangislah sepuasmu.”</i> Giri memelukku. Tangan kirinya memelukku begitu erat, entah dimana tangan kanannya, namun kusadari pada saat bersamaan mobil pun bergerak meninggalkan rumah Adam. </div><div style="text-align: justify;"> Aku masih mendengar sayup-sayup suara Adam memanggil Giri dengan bingung karena Giri meninggalkan Adam dan Arif begitu saja di depan rumah tanpa permisi.</div><div style="text-align: justify;"> Dulu pada saat seperti ini, aku akan menangis sendirian, kini aku punya bahu yang siap menerima jatuhnya air mataku. Terimakasih Toma, kau adalah teman terbaikku. Lelaki pilihanmu untukku mampu membuatku terlindung saat aku terjatuh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">******</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">TAMAT</div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-52806944941020432162012-01-18T23:26:00.000-08:002012-01-18T23:26:56.142-08:00Yang Terpilih - Bag. 4 (Anina Karin)<div style="text-align: justify;"><i>(Tidak percaya diri, itu yang dirasakan Ami begitu melihat fisik cowok bernama Giri. Bekal keyakinan dari sahabatnya pun tiba-tiba buyar karena telepon Daus. Ami benar-benar tak mengerti, dari mana Daus tau nomor handphonenya dan apa sebenarnya yang diinginkan lelaki dari masa lalunya itu?)</i></div><br />
<div style="text-align: justify;"> Dari mana Daus tahu nomorku? Padahal seingatku aku sudah berpesan kepada semua orang dikantor ini untuk tidak memberikan nomorku pada orang asing, siapapun itu. Apalagi Daus, dia adalah orang dari masa lalu, bahkan waktu dia tau aku kerja disini dan datang menanyakan aku ke Ita saja aku sudah kaget bukan main. </div><div style="text-align: justify;"> <i>“Ami…aku mau ketemu, please..! sebentar saja.” </i>Suara Daus makin jelas terdengar, membuatku kembali merasa perih.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Dari mana kamu tahu nomorku dan tempat kerjaku?”</i> tanyaku ketus. <i>“Aku telpon ke rumah”, </i>Daus berhenti, terdengar helaan nafas berat, berat sekali seperti merasa capek, lalu kembali Daus berkata, <i>“aku bilang sama adik kamu aku teman SMA kamu, dan perlu nomor kamu buat data acara REUNI”. </i>Brengsek, dasar bangsat. Pintar benar dia mencari alasan. Terang saja adikku mau memberikan nomor handphone dan kantorku karena berpikir bahwa ini penting. </div><div style="text-align: justify;"> <i> “Apa sih mau kamu?”</i> emosiku terpancing. Dengan nada putus asa Daus menjawab, <i>“Mi, aku pengen ketemu kamu, aku ingin menjelaskan semuanya, tolong beri aku waktu sedikit saja !” </i>dia memelas. Lelaki itu memelas meminta waktuku, tapi terlambat.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Apa lagi yang perlu dijelasin? Aku kira semuanya sudah jelas, apalagi yang mau kamu omongin ke aku?”</i> jawabku masih dengan nada ketus.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Ami, kamu perlu tau, tiga tahun bukan waktu sedikit mencari kamu. Setiap aku telepon ke rumah kamu, mereka bilang nggak tau.”</i> Memang seluruh keluarga sudah aku suruh untuk tutup mulut kepada setiap orang tentang nomor pribadi dan dimana aku kost dan kerja, dengan alasan aku tidak mau diganggu.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Ami, aku benar-benar minta maaf dengan kejadian di kost-anku dulu, aku tidak bermaksud menyakiti kamu. Memang aku tau aku salah, tapi bukan maksudku untuk serius….” </i>Daus mulai bingung mencari kata-kata, <i>“waktu itu, aku cuma tidak mau Arif meledekku karena sebelumnya aku pernah bilang bahwa aku tidak suka cewek tomboy, aku tidak mau ketahuan pacaran sama kamu karena aku malu dengan kata-kataku sendiri,”</i> Daus berhenti, dia terdiam.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Sekarang kamu nggak perlu malu lagi, aku sudah bukan pacar kamu, toh kita juga pacarannya hanya semalam”</i> kataku pedas.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Ami ! Aku menyesal, sampai sekarang aku tidak pernah bisa melupakan kejadian itu, aku berdosa. Kalau saja kamu tau, waktu itu Arif marah sekali, dia bilang aku cowok pengecut dan tidak pantas untuk dijadikan teman. Dia sangat marah”.</i> Aku tertegun, Arif marah? Wow, ternyata cowok itu hebat juga.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Aku akui, aku memang pengecut, aku pengecut karena tidak mau jujur, aku berbohong hanya karena mempertahankan gengsi akibat kata-kataku sendiri. Maafin aku mi, aku mohon..!”</i> Entah kenapa ada sedikit kelegaan, di sisa rasa sakit hatiku. Apakah ini tanda aku masih sayang pada Firdaus? Aku tidak tau, tapi ada rasa haru waktu aku mendengarnya minta maaf, dan aku tau permintaan maafnya tulus. Aku yakin.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Aku maafin kamu. Sudahlah, itu sudah lama berlalu, tidak ada yang perlu diungkit lagi, anggap aja semuanya sudah selesai, bereskan?” </i>tanpa sengaja mataku melirik ke jam dinding dan tiba-tiba panik karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Beres? Setelah aku berusaha menemui kamu dan belum pernah berhasil, sekarang harus aku anggap beres?” </i></div><div style="text-align: justify;"><i> “Lalu maumu apa ?”</i></div><div style="text-align: justify;"> <i> “Ami, aku sayang kamu” </i>Oh Dewa Amor, datang di waktu yang salah. <i>“Ami aku nggak bohong. Aku mencari kamu 3 tahun ini selain untuk minta maaf juga untuk meyakinkan kamu kalau aku benar-benar menyayangi kamu. Please…! Beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dulu” </i>kepalaku tiba-tiba pusing. Aku menyesal, kenapa tadi aku mengangkat telpon dari nomor ini kalau jadinya akan membuatku tersudut lagi dalam pilihan sulit.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Daus, aku mau pergi, kita ngomong lain waktu saja ya? Lagian mungkin kamu lagi kurang sehat, jadi ngomongnya ngaco. Mendingan kamu istirahat aja deh ya? Bye”.</i> Tanpa pikir panjang aku langsung menutup telepon. Aku tidak peduli bagaimana perasaan daus, yang penting adalah bagaimana aku bisa menghindar dari dia untuk sementara waktu. Aku tidak mau pertemuanku dengan Giri terganggu dengan pikiran dipenuhi Daus.</div><div style="text-align: justify;"> Segera saja kubereskan berkas kantor di meja, setelah kuterima sms dari Giri yang isinya mengatakan dia sudah menungguku diluar. Lalu dan untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan, aku mematikan handphone.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Cieee, suit tu wiiiw, rambutnya bagus, habis nyalon ya? Aku jadi tersanjung nih, kamu dandan buat aku?” </i>kurang ajar, cowok ini membuatku tak bisa manjawab.</div><div style="text-align: justify;"> <i>‘Ih, kege-eran, aku creambath biar rambutnya enggak rontok.”</i> Aku mengelak.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Iya deh non. Ok, kita mau kemana nih sekarang?” </i></div><div style="text-align: justify;"> <i> “Terserah kamu” </i>terus terang, aku tidak punya ide sama sekali.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Ok, kalau gitu kita makan aja deh, kebetulan aku udah laper lagi nih, he he”. </i>Kebetulan aku juga memang lapar, dari tadi enggak sempat makan, soalnya yang dipikirin cuma rasa minder, ditambah lagi dengan persoalan Daus.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Tapi kamu keberatan nggak kalo saudaraku ikut? Soalnya aku sudah janji mau kenalin kamu? Boleh kan? Dia penasaran banget pengen liat kamu” </i>Celaka ! Apalagi ini? Pake acara perkenalan segala.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Emang kamu ngomong apa tentang aku sama saudara kamu?” </i>Aku mulai mencium bau yang tidak beres.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “He he he, aku bilang sama dia , aku ke Bandung mau nemuin calon istri” </i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">******</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">bersambung</div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-22086486085950713772012-01-18T22:54:00.000-08:002012-01-18T23:15:39.135-08:00Yag Terpilih - Bag. 3 (Anina karin)<div style="text-align: justify;"><i>(Ami mendapat kejutan. Firdaus, lelaki dari masa lalunya datang kembali membuka luka yang belum kering. Sementara Giri juga semakin membuat Ami sport jantung karena datang lebih cepat dari yang janjinya). </i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> Apa yang harus kulakukan? Semuanya jadi kacau diluar perkiraan. Giri yang seharusnya datang jam 7 malam, tiba-tiba nongol jam 9 pagi. Hancur deh semuanya. Aku belum siap ketemu. Selain rambutku yang super berantakan, aku juga belum siap mental. Memang sih waktu tadi aku telepon Toma, dia bilang Giri tidak melihat perempuan dari penampilan luar nya saja, tapi aku kan mesti curhat dulu sama sohibku bagaimana cara menghadapi si Giri itu itu, eh belum apa-apa dia sudah datang. Mampus deh.</div><div style="text-align: justify;"> Selain aku tidak percaya diri, tau nggak sih kalau ini jam-jam kantor paling rame? Kalo aku suruh dia masuk, waaaaah…seisi kantor bisa berubah jadi suasana konser musik rock dengan teriakan-teriakan shock karena melihatku bersama seorang cowok. Oh My God !</div><div style="text-align: justify;"><i> “To, sini…!!!”</i> rasa ingin tahuku tentang fisik cowok itu terlintas saat office boy favorit kantor lewat di depan mejaku. <i>“To, tolong dong, kamu lihat cowok yang pake mobil sedan hitam didepan. Tolong perhatiin, kaya gimana sih orangnya? Tapi jangan ribut ya? Cepet !”</i> pintaku mewanti-wanti.</div><div style="text-align: justify;"> Tak lama kemudian Yanto kembalii, <i>“Mbak, orangnya pake baju item, tinggi, cakep deh pokonya, he he he he, pacarnya mbak ami ya?”</i> Yanto menggodaku setelah memberitahuku seperti apa cowok yang akan kutemui. <i>“Pacar gundulmu? Kalo pacar ngapain aku suruh kamu ngeliat ke depan. Udah ah ! Eh, tapi..makasih ya To…”</i> kataku sambil menyelipkan selembar rupiah ke tangan Yanto.</div><div style="text-align: justify;"><i> “Nggak usah mbak” </i>Yanto menolak. Aku tetap bersikeras memaksa Yanto untuk menerimanya,<i> “Buat beli rokok. Kalo kamu nggak mau nanti aku nggak mau minta bantuan kamu lagi lho.”</i> Ancamku.</div><div style="text-align: justify;"><i> “Yo wis. Makasih ya mbak”. </i>Dengan malu-malu anto pergi meninggalkan aku yang juga beranjak meninggalkan meja kerja dengan enggan karena rasa ragu-ragu dan hati yang deg-degan. Sumpah ! deg-degan banget. Benar kata Yanto, dia cakep banget, ganteng malah. Aku berdiri dibelakang cowok itu, tidak tau apa yang harus aku lakukan. Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiranku untuk berbalik dan pergi meninggalkan cowok itu. Ya, aku memutuskan untuk tidak menemui dia.<br />
Baru saja aku hendak membalikkan badan, bermaksud masuk kembali ke kantor, handphoneku menjerit dan saking kagetnya aku langsung pencet tombol answer bukannya reject, kontan saja cowok itu berbalik dan dia langsung melihatku.<i> </i><br />
<i> “Hai…kamu pasti ami ya?” </i>Mati aku. Sok tau banget sih ini orang, aku kan belum sebutin nama, kok udah main tebak aja, sialan. <i>“Bu..bukan, aku bukan ami..” </i>jawabku mengelak. Eh, cowok itu malah ketawa sambil menunjuk handphone ku .</div><div style="text-align: justify;"><i> “Itu suara kamu kan di telpon, Ha ha ha ha, ami…ami”. </i>Aduh, tolol banget sih aku, ya jelas lah ketahuan, soalnya waktu aku ngomong, aku kan pegang handphone yang nyala, dasar tolol. Mukaku langsung merah menahan malu, sangat malu. Parahnya cowok itu masih saja senyum-senyum, lalu kemudian dia mengulurkan tangan dan berkata, <i>“Aku Giri, sorry ya, aku dateng kepagian. Kebetulan pagi ini aku libur, dan janji ketemuan sama temen juga batal, soalnya temenku ada kerjaan ngedadak. So…di Bandung deh aku sekarang, ketemu sama Ami”</i> selama dia bicara dia terus saja memegang tanganku. Kurang ajar banget ini orang, belum apa-apa sudah bikin aku ge-er.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Oh..ehm..gpp, udah tanggung, masa aku suruh kamu balik lagi ke Jakarta, gak mungkin kan? Tapi ngomong-ngomong, tanganku lepasin dulu !” </i>pintaku.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Ups! Sorry !” </i>refleks dia melepaskan tanganku sambil nyengir, lalu katanya lagi, <i>“Aku nggak bisa lama, enggak enak, kamu masih kerja kan? Tapi nanti aku kesini lagi jemput kamu, ga apa-apa kan? Kamu pulang jam berapa?”</i> Terima kasih Tuhan, akhirnya dia akan menyingkir juga meskipun nanti dia balik lagi. Minimal aku punya waktu bernafas lega lebih lama dan aku tidak perlu menyuruhnya masuk ke ruang tamu kantor.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Aku pulang jam 4, sebenarnya jam 2 sih kalau Sabtu, cuma aku mau mau beresin sesuatu dulu”, jawabku sambil membalas anggukan salah seorang karyawan tetangga kantor yang kebetulan lewat. “Sekarang kamu mau kemana?”</i> tanyaku basa-basi.</div><div style="text-align: justify;"> <i> “Mau ke Pajajaran dulu”, j</i>awab Giri dengan tangan kiri sibuk menarik jaket dari sandaran kursi mobil dan mengenakannya. <i>“Kerumah saudara, dia marah-marah karena aku jarang sekali kesini, sekalian ikut tidur dulu sebentar, biar nanti ketemu kamu udah seger lagi.” </i>Jawab Giri menggodaku. Mau tak mau aku tersenyum juga.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Oh, ok salam buat saudara kamu ya, aku masuk dulu ya, mau siaran”</i> dengan senyum manis Giri mengangguk, <i>“ok, aku pergi dulu, jangan lupa, jam 4 aku jemput, ok?” </i>aku mengangguk mengiyakan walaupun aku sendiri belum yakin, apakah aku akan menepati janji atau malah berusaha kabur lagi.</div><div style="text-align: justify;"> Setelah dia pergi, aku lalu siaran sampai jam 12 siang. Terus terang saja, siaranku sedikit kacau karena pikiranku terganggu oleh janji ketemu nanti sore. Akhirnya kuputuskan untuk minta saran sohibku, Yano. Yano adalah salah satu staff team program di kantor yang kebetulan juga sohib ku.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i> “Aku bingung Yan, aku temuin lagi nggak ya? Nggak PD euy. Mending aku pulang aja ya? Aku lupain aja deh si Giri.” </i>Mulut Yano yang sedang sibuk mengunyah kacang telur langsung terhenti dan dengan mimik muka tak percaya dia manatapku seperti menatap mahluk aneh.</div><div style="text-align: justify;"> <i>“Apa???? Yang bener aja? Eh, orang lain tuh setengah mati pengen dapet cowok cakep nan rupawan dengan usaha keras dan penuh semangat juang 45. Ini cowoknya datang sendiri kamu malah mau kabur, gimana sih?”</i> Yano berhenti sejenak untuk meneruskan kembali pekerjaan mulia - versi Yano- ngemil kacang nya yang terhenti, lalu lanjutnya, <i>“please deh, jangan bodoh !”</i></div><div style="text-align: justify;"> <i> “Tapi yan....”,</i> Yano langsung memotong bantahanku, <i>“nggak ada tapi, sekarang juga, aku antar kamu ke salon, creambath dulu, biar peredaran darah di kepala dan badan sedikit segar, and kamu bisa berpikir jernih” </i>kata Yano.</div><div style="text-align: justify;"> Jam empat kurang lima, aku berdebar-debar menunggu Giri, walaupun sekarang tidak seragu tadi. Benar apa kata Yano, aku agak sedikit fresh dan kelihatan manis dengan rambut teratur sehabis creambath. Handphoneku bunyi. Waktu kulihat dilayar hp, nomornya asing. Nomor siapa ini? Tadinya aku tidak mau angkat, tapi bunyinya terus menggangguku. Tak apalah kuangkat saja, siapa tau orang penting.</div><div style="text-align: justify;"> "<i>Halo..., siapa nih?”</i> sesaat tak ada jawaban, kemudian aku dengar suara helaan nafas berat dan ketika detik berikutnya dia bicara, aku hampir saja pingsan mendengar suara seseorang yang sangat aku benci, dan pernah sangat aku cintai, Firdaus Arya Winanta.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">******</div><div style="text-align: center;">bersambung</div><div style="text-align: center;"> </div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-35583151579120290452012-01-18T07:58:00.000-08:002012-01-18T07:58:21.959-08:00Akhir Paragraf<i>Mata itu tak bening namun menatapku indah..<br />
wujudkan mimpi yang terukir berabad silam..<br />
sinarnya tak benderang namun tajam menusuk relung jiwaku..<br />
merayap hingga ke ulu hati dan seolah berkata..aku datang melengkapi ujung mimpi...<br />
<br />
Lirih nyanyianmu bukan genit..<br />
lantang lirikmu bukan rayu...<br />
Melody itu adalah nafas dalam setiap mimpiku<br />
hadirmu adalah harmoni...<br />
<br />
Jika mimpiku adalah cerita..<br />
kehadiranmu adalah paragraf terakhirku..<br />
</i><br />
Anina Karin, 27 Juli 2009 17.28<br />
Jagakarsa : Jaksel<br />
<br />
note : Untuk seseorang yang sudah melengkapi mimpiku..walaupun hanya untuk bertemu, menatap dan berbicara saja...Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-22623147989095450992012-01-18T06:38:00.001-08:002012-01-18T06:49:53.996-08:00Untukmu Sobat<i>Sobat, mataku berkunang-kunang melihat bulan kesiangan..<br />
bintang-bintang enggan bermain...seperti malas berbaur.. <br />
<br />
tiba-tiba saja aku ingat saat kita patungan makan sebungkus nasi warteg..</i> <i><br />
esoknya kau tak masuk karena sakit perut..<br />
saat itu kau bilang..."sakit perutku ini tanda pertemanan kita adalah sejati.."<br />
<br />
Sobat, bila matahari datang terlalu pagi bukan berarti kita sangkuriang yang gagal membuat danau<br />
atau dayang sumbi yang menghindari cinta sedarah<br />
kita tetaplah kita, senyum dalam cuaca mendung, tawa dalam derasnya hujan,<br />
dan dingin saat panas kemarau ..<br />
<br />
Sobat, saat ku berkedip...bulan sudah tersenyum..<br />
dan bintang mulai menari genit..</i><br />
<br />
<br />
Anina Karin, 09 Juni 2009, 13.45<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-30116999239212452982012-01-18T06:36:00.001-08:002012-01-18T06:36:39.558-08:00Cari Tumpangan<i>Kawat berduri bermerek malas ..mengikat erat gerak nadiku<br />
rantai berlebel jenuh menahan semua langkah pikiran ..<br />
memukul jatuh roda semangat ..<br />
<br />
ruh ku terlempar...ah....tak enak rasanya..!!!!<br />
bengkel jiwa masih jauh..kemana cari tumpangan..?<br />
ada yang bisa bawa aku kesana?</i><br />
<br />
Anina Karin, 13 Mei'09 22.50<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-70078877456134135422012-01-18T06:33:00.001-08:002012-01-18T06:33:51.219-08:00Pangeran Krupuk Sambal<i>Belikan aku kerupuk sambal didepan sekolah<br />
kita makan berdua sambil menunggu bel masuk tiba<br />
<br />
Belikan aku kerupuk sambal dengan kepingan receh sepuluh rupiah<br />
sebagai penutup tangisku saat banyak teman mangganggu..<br />
lalu kau bilang aku perempuan paling cantik dikelas..<br />
dan cacar kering itu tak mengganggu mu menghiburku<br />
<br />
Aku pikir kau si ganteng yang sombong..<br />
ternyata pangeran mulia hati dari negeri kebaikan..<br />
menaburkan cinta monyet dengan saputangan lusuh..<br />
berhias keringat bekas main petak umpet...<br />
<br />
Belikan aku kerupuk sambal seperti waktu itu<br />
agar kau bilang kangen lagi saat ku tak masuk kelas..karena sakit perut<br />
Dimana kah kau pangeran krupuk sambal?<br />
</i><br />
Anina Karin, 170409 13.30<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-48073214100483076542012-01-18T06:28:00.000-08:002012-01-18T06:28:10.845-08:00Tanda Tanya<i>Sepasang kekasih berdua dalam diam...<br />
si lelaki menjauh, si perempuan menangis..<br />
cantik, lembut, anggun dan sedih...<br />
<br />
lirih dia berusaha memanggil..<br />
si lelaki makin menjauh dan hilang...<br />
si perempuan menunduk, menutup muka dengan dua telapak tangannya...<br />
<br />
lelaki baru datang..menegurnya lembut..<br />
perempuan itu menengadah...tersenyum dalam sedih...<br />
cantik, lembut, anggun dan...berjakun....<br />
</i><br />
Anina Natapraja 19 Jan'09 jam 15.08<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-23681256484341650782012-01-18T06:23:00.000-08:002012-01-18T06:23:01.209-08:00Titik... Titik...<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><i>Titik..titik...</i><br />
<i>Jemariku menari melukis kata manis..</i><br />
<i>tentang rupa dan senyum yang kau tawarkan lewat deretan kata maya..</i><br />
<br />
<i>Seperti telah bertemu satu abad, aku mengenalmu dekat..</i><br />
<i>bercanda, mengumbar kata sarat makna</i><br />
<br />
<i>Apakah aku mulai gila, atau kau yang memang penakluk?</i><br />
<i>Ada debaran saat jemariku menarikan setiap kata..</i><br />
<i>Entah kenapa…</i><br />
<i>Aku tak tau…</i><br />
<br />
<br />
Anina Natapraja, Jakarta, Agustus 2007</div></div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-65079075216513440112012-01-18T06:20:00.001-08:002012-01-18T06:20:55.199-08:00Besok Saja, Istriku Bangun<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><i>Ototku menegang senang, saat terima sms darimu..</i><br />
<i>isinya…"Hallo Cinta…"</i><br />
<br />
<i>Ge-erku bertamah saat kemudian kau katakan.."I Miss You"</i><br />
<i>Aku tenggelam dalam angan, berharap..</i><br />
<br />
<i>Lalu satu malam, aku sms kamu…</i><br />
<i>Isinya, "aku telpon ya?"…</i><br />
<br />
<i>Jawabmu.."Jangan, besok saja, istriku bangun".</i><br />
<br />
<br />
(Anina Natapraja, 13 April 2005 09.50 WIB, Jl. Jurang)</div></div>Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-8723023935806304642012-01-18T06:18:00.000-08:002012-01-18T06:18:10.764-08:00Lapar<i>Waktu itu aku tak sengaja…<br />
Bibirku menempel..bersentuhan dibibirmu<br />
<br />
Kau bilang maaf<br />
Ku jawab…tak apa<br />
<br />
Aku juga tak sengaja..saat kancing kemejaku sedikit terbuka..<br />
dan kau…</i><br />
<br />
<br />
Anina Natapraja, 14 April 2005, 16.54 WIB, di Jl. Jurang 80Karinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-43761599390505890402012-01-18T06:17:00.000-08:002012-01-18T06:17:02.310-08:00Mungkin Karena<i>Seperti memegang angin...<br />
aku tak dapatkan apa-apa<br />
hampa....., kosong....<br />
<br />
Kamu tidak tampan<br />
kamu juga tidak gagah<br />
tapi kau eksekusi waktuku..tanpa batas<br />
<br />
lalu mengapa aku suka padamu?<br />
Mungkin karena kamu </i>PENIPU<i>..!!!</i><br />
<br />
Anina Karin, 13 April 2005<br />
Jl. Jurang-Bandung, 14.25 WIBKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-37945806261199752322012-01-18T06:14:00.001-08:002012-01-18T06:14:49.491-08:00Mau Apa?<i>Kau datang dari jendela dan pergi melalui atap..<br />
tanpa kata halo atau ucapan selamat tinggal..<br />
<br />
Sekarang kau ada di depan pintu..<br />
Aku bingung harus bagaimana<br />
Persilahkan kau masuk..<br />
atau ku usir dengan manis..?<br />
<br />
aku menghitung...1..2..3..., nah ..benar kan? kini kau mengetuk pintu..<br />
Akhirnya aku tau.., aku akan biarkan kau masuk..<br />
Lalu aku persilahkan kau duduk..<br />
Sebagai terdakwa..</i><br />
<br />
Anina Karin, 25 Februari 2009<br />
15.00 WIB, Jagakarsa - Jakarta SelatanKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-87242566458506500992012-01-18T06:12:00.000-08:002012-01-18T06:12:16.254-08:00Maafkan Aku<i>Dulu...baju darimu kulempar karena kuanggap kampungan..<br />
kini...aku temenung, duduk diam mata berkaca..<br />
<br />
Ternyata tak ada baju seindah pemberianmu..<br />
yang kau jahit dengan benang kasih sayang..<br />
Maafkan aku...ibu..</i><br />
<br />
Anina Karin, 14. 20 27 Feb'09<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-70378531233884080642012-01-18T06:10:00.000-08:002012-01-18T09:13:06.800-08:00Kangen<i>Sore ini aku kangen padamu..<br />
Kupandangi saja puntung rokok di asbak itu...</i><br />
<br />
<br />
Anina Karin, 1Maret 2009 13.01<br />
Jagakrasa-JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7624337007997704605.post-55399152337595079852012-01-18T06:08:00.001-08:002012-01-18T06:08:10.555-08:00Berikan Aku Bulan<i>Redup senja bergelayut diantara anak anak rambut<br />
melepas lelah bersandar di kening malam<br />
<br />
Geliat jiwa merayap.. menapak di kaki temaram<br />
terseok.... terseret gelap yang bersekongkol..<br />
<br />
Tolong....berikan aku bulan...</i><br />
<br />
<br />
Anina Natapraja, 19 Maret 17 54.<br />
Jagakarsa - JakselKarinaninahttp://www.blogger.com/profile/18074973897709348389noreply@blogger.com0