skip to main skip to sidebar
Coretan Karinanina

GIMANE INGGRISNYE

Anina Karin (BensRadio) : lagi mikir, ide apalagi ya yang seru?
Bahasa Inggris memang sudah jadi bahasa yang wajib dikuasai selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah tentunya. Bahasa Inggris sudah menjadi bagian penting baik dalam pergaulan, pekerjaan dan lain-lain.

Masalahnya adalah kadang kesempatan untuk belajar dan  berlatih untuk memperlancar tidak semudah yang kita pikirkan, termasuk kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan berbahasa yang baik tanpa harus mengeluarkan biaya alias gratis.

Sebagai orang yang bekerja di radio dan mempunyai banyak kesempatan berbagi dengan pendengar, timbul keinginan untuk berbagi tentang hal ini sekaligus belajar bersama. Dari sinilah berawal pemikiran untuk berbagi melalui program Gimane Inggrisnye.

Beruntung VOA Washington DC yang digawangi oleh Dewi, Ronan, dan teman-teman menyambut baik ide ini dan jadilah kami merumuskan bagaimana konsep yang asyik buat berbahasa Inggris diudara. Cara belajar bahasa Inggris yang simple tapi tetep menarik untuk disimak dan bermanfaat.
Mpok Dewi dan Bang Ronan dari VOA Washington DC

Proses pengembangan ide ini berjalan berbulan-bulan sampai akhirnya awal januari 2011 kami sepakat melahirkan sebuah program GIMANE INGGRISNYE, insert belajar bahasa Inggris dengan durasi 2 menit. Materi dari insert ini sendiri lebih kepada kamus bahasa Inggris namun dikemas jadi sebuah cerita-cerita pendek yang menarik  dalam dialek Betawi dengan pengisi suara langsung dari team VOA Washington DC. 

Yang menarik adalah beberapa pengisi suara yang bernama Susan dan Mike. mereka adalah dua orang warga negara asli Amerika namun mau bersusah payah belajar bahasa Indonesia untuk membantu terwujudnya Gimane Inggrisnye menjadi lebih menarik untuk didengar.

Lebih dari satu tahun berjalan, program ini ternyata menjadi program yang cukup disukai pendengar. Nah, abang none mau dengerin juga? Silahkan klik www.bensradio.com lalu cari insert dan pilih Gimane Inggrisnye, disana bisa didengerin juga beberapa contohnya. Kalau mau lebih puas lagi, bisa dengerin 106.2 FM Bens Radio karena insert ini diputar setiap 2 jam sekali di Bens Radio.

Terimakasih buat teman-teman VOA Washington DC khususnya Mpok Dewi dan Bang Ronan yang sudah kerja keras mewujudkan ide kita bersama, semoga program Gimane Ingrisnye tetap lancar ya. Terimakasih juga buat Mpok Susan, Mike, Teddy dan team creative dari VOA Washington DC. Khusus buat Babe Norman Goodman, Thank You Gede, buat semuanya. Salam Betawi Punya Gaya!


0 komentar

Menikmati Rasa Sakit.....

Menyukai seseorang tumbuh dengan sendirinya, bukan sengaja ditanam. Benih itu muncul dengan sendirinya tanpa kita sadari. namun hal yang sebenarnya kita sadari adalah pada saat kita memupuk rasa suka itu hingga berbuah sayang dan akhirnya cinta.

Sayangnya, perjalanan cinta itu tidak selalu berjalan mulus, apalagi jika sebenarnya kita tahu dari awal bahwa cinta yang kita jalani kemungkinan besar tidak akan berbuah manis. Dari sinilah rasa sakitpun mulai datang. Hati mulai pegal, sesak, karena harus memulai perang dengan perasaan antara bertahan atau pergi sebelum hati bertambah sakit?

Pergi, itu langkah yg tepat, tapi siapkah dengan rasa sakit yg akan datang bahkan sudah mulai terasa? Menjalar ke setiap rongga dada...??? Mau tak mau... suka atau tidak.. lebih baik menikmati rasa sakit..., karena jika tidak, mungkin akan terus tersimpan dan tertimbun hingga satu saat semakin sulit hilang.

Tak mudah memang, bahkan penuh dengan air mata...

Senin, 21 Mei 2012 11.27PM

Label: AKU 0 komentar

Seseorang dari Masa Lalu - Baik Baik Saja

Jumat sore minggu lalu tiba-tiba saja pikiranku tertuju pada mantan kekasihku, yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, bahkan komunikasipun tidak pernah lagi sejak aku pergi pindah ke Jakarta.

Tak ada angin tak ada hujan dan tak ada tanda-tanda lain sebelumnya, pokonya tiba-tiba saja ingat 'dia', mampus ga tuh? Dan aku bukan tipe orang yang suka menahan-nahan, jadi hal pertama yang kulakukan adalah segera mencari data nomor telepon dan hasilnya.....nihil. Nomor teleponnya sudah kuhapus, karena nomorku sudah berganti beberapa kali dalam 5 tahun ini.

Aku penasaran, mengapa tiba-tiba dia mengunjungi pikiranku dan terus menerus tidak berhenti sore itu, itu sangat menganggu. Jadi daripada gila karena penasaran, aku menyimpan maluku dalam saku dan ku bbm sohibku yang pernah tau ceritaku dengan 'dia'.

Gotcha!! nomornya kudapat, tapi aku harus kecewa karena teleponku tak diangkat. Hm..ternyata masih tetap seperti dulu, tak pernah mau mengangkat telepon tak dikenal. Untungnya saat itu aku sedang disibukkan dengan persiapan event, di luar jakarta pula, jadi kekecewaanku terobati dengan kesibukan yang menyita waktu.

Tiga hari kemudian alias hari Senin, akhirnya aku berhasil menghubunginya dan syukurlah, ternyata dia baik-baik saja. Seharian aku dan dia saling balas sms, ketawa ketiwi menertawakan hal-hal kecil yang menjadi lucu karena basic masa lalu diantara kita.

So..bagaimana selanjutnya? tidak ada, that's it! Semua kangenku terobati dan pertanyaanku terjawab, dia baik-baik saja dan akupun jadi baik-baik saja. 

Garing? mungkin, tapi ada yang kupetik dari kejadian ini bahwa jika kita menyayangi orang dengan setulus hati, sampai kapanpun kita bisa memberikan perhatian tulus tanpa berharap apapun. Bahkan saat kita tidak bisa memiliki orang yang kita sayangi tersebut kita akan tetap menyayanginya sebagai seorang yang pernah mendapat tempat istimewa tanpa terbebani. Pada suatu saat kita mengingatnya jangan pernah malu untuk menyapa sekedar menanyakan kabar karena itu bukan suatu dosa, asalkan tidak ada maksud lebih, apalagi jika orang yang kita sayangi sudah menjadi milik orang lain.

Selamat malam 'K', senang mendengarmu baik-baik saja, semoga istrimu juga baik-baik saja. Aku disini juga baik-baik saja dan semoga kita semua selalu baik-baik saja, Amin...





 

Label: AKU 2 komentar

Amunisi dari Bapak......

Dalam keadaan yang menyebalkan, siatuasi yang tidak berpihak pada yang menyenangkan, kadang perasaan yang timbul adalah pengen marah nggak karuan tapi ga tau mesti numpahin kemarahan sama siapa? Atau pengen melakukan hal-hal yang biasanya justru kita hindari. 

Beruntung, aku selalu ingat apa kata bapakku, dan itu menjadi senjata paling ampuh untuk mengobati kesedihan dan menjadi amunisi buatku meneruskan hidup. 
  • Bapa : "... dimana wae hidep ayana, lamun urang bisa ngaliwatan tilu hal, Insya Allah panggih jeung kabagjaan..." (dimanapun kamu berada kalu kita bisa melewati 3 hal, Insya Allah akan menemukan kebahagiaan)
  • Aku : "...naon wae Pa...?" (...apa aja Pak?)
  • Bapa : "..kahiji - tahan Lapar, kadua-tahan Lara, nu katilu-tahan Wirang.."  (kesatu-tahan lapar, kedua-tahan sengsara, yang tiga-tahan dipermalukan)
  • Aku : "..maksadna kumaha Pa..? Abdi teu  ngartos.." (maksudnya gimana Pa? Saya nggak ngerti)
  • Bapa : "Tahan lapar..., maksudna, diajar nahan nu asup kana beuteung urang. Najan dina kayaan lapar ulah wani-wani ngadahar nu lain hak urang, puasa lebih bagus.Tahan Lara.., maksudna lamun urang keur aya dina kayaan sangsara batin, boga kanyeri ulah sombong, ulah rasa maneh ngan urang wungkul nu boga kanyeri, inget Allah moal mere kanyeri nu ngaleuwihan kamampuan panarimaan manusa, jadi lamun sedih tong kamalinaan. Tong ngantepkeun cipanon juuh, lebar. Ari Tahan Wirang...., maksudna, lamun urang dieera, difitnah jeung sajabana, singhareupan ku hate nu beresih. Insya Allah hidup anjeun bagja geulis..,,"
  • (Tahan Lapar maksudnya..belajarlah menahan apa yang masuk ke dalam mulut kita. Walaupun dalam keadaan lapar, jangan pernah berani makan apa yang bukan hakmu, lebih baik puasa. Tahan Lara, maksudnya..kalau kita ada dalam keadaan sengsara hati atau batin, sakit hati, jangan sombong, jangan merasa kita yang paling sakit. Ingat...Allah tidak akan memberikan penderitaan melebihi yang mampu diterima manusia, jadi kalau sedih jangan merasa terlalu sedih, jangan membiarkan air matamu mengalir terlalu deras, sayang. Kalau Tahan Wirang, maksudnya adalah..kalau kamu dipermalukan, difitnah dll,  hadapi semua dengan hati bersih. Insya Allah hidupmu Bahagia nak....)
Obrolan itu selalu terngiang-ngiang ditelingaku dan mampu membangkitkan semangatku kembali saat aku mulai lelah. Nuhun Apa...

Label: AKU 2 komentar

me, coffee'n cigarettes

Bukannya aku tidak tau kalo rokok itu bahaya bagi kesehatan, semua perokok juga pasti tau akibat buruk dari merokok, terutama yang paling terasa olehku akibat buruk tercepat yang terjadi dari kebiasaanku merokok adalah perubahan warna gigiku yang dulu putih bersih kini tidak indah dipandang, wew...!!! tapi kalo masalah lain yang ditimbulkan selain itu aku tidak pernah merasakannya, dan mudah-mudahan tidak akan pernah.

Meskipun aku tau bahaya rokok buat kesehatan, tapi masalahnya adalah justru rokok adalah hal yang aku butuhkan selama beberapa taun ini sejak aku mengenalnya untuk pertama kali dalam hidupku. Nah lho...! Iya, karena kalo enggak, mulut bakal terasa asem, tidak bergairah dan lain-lain. Aneh lah pokonya. Yang paling gila, justru dengan rokok timbul sugesti aku menjadi baik-baik saja.

Me, Coffe'n Cigarettes, seperti soulmate yang tak bisa dipisahkan. menemaniku bekerja, menulis, corat-coret hingga aku tidak merasa sepi, aku bisa mendapatkan kembali semangat yang mulai surut pada saat menyeruput kopi dan merokok. 

Pernahkah ada keinginan berhenti? Yess, ofcourse! Tapi susahnya minta ampun. Kuatnya hanya dua hari, itu pun hampir pingsan rasanya. Entahlah, apa aku bisa mencobanya dilain waktu? Karena yang aku rasakan justru duet maut si 'asap dan secangkir kopi' ini banyak membantuku.

Siapa yang menemaniku saat aku sedih? coffee'n cigarettes, saat aku panik? coffee'n cigarettes, saat aku gelisah? coffee'n cigarettes, saat aku cari ide? coffee'n cigarettes, bahkan pada saat aku dikamar mandi untuk buang amarah a.k.a BAB? coffee'n cigarettes.

That's why aku bilang duo dahsyat itu adalah soulmate-ku. Mungkin posisi coffee'n cigarettes akan berubah saat ada yang bisa memindahkan rasa ketergantungan itu pada orang yang bisa membuatku beralih. But when and who? ...don't know yet!








Label: AKU 0 komentar

Pertanyaan

Laparku tak terhentikan..
menikmati bermangkuk-mangkuk dosa berkuah alasan kebebasan..
lelah menikahi masa mencium nasib..
menyetubuhi waktu diantara tirai-tirai raga munafik.


Dimana puasku...

asaku..?
jiwaku..?

Mungkinkah tergadai saat dagu terangkat menantang zaman?

malu bertekuk lutut......
lalu takut menengok gerbang bertuliskan kodrat..

Anina Natapraja, 22 Maret 2009 13.32
Jagakarsa – Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Sarapan

Aku ingin mencium mentari...
namun terhalang mendung yang menangis
padahal nafasku tlah seharum embun

Hm.....mungkin ku peluk saja punggung pagi...biar hangat
meski aku kan terkena air matanya..


Anina Natapraja, 19 Jan'09
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Tak Perlu Telanjang

Kau tak perlu telanjang agar aku memanggilmu lelaki
tak perlu berjambang kau sudah jantan
aku tau kau pria berkharisma..

Kau tak perlu telanjang agar aku memelukmu erat
tak perlu berjalan gagah kau tampak menawan
aku tau kau pria yang tampan..

biarlah kau dengan bedakmu
biar kau dengan kemayu dan gemulaimu..
biar lah orang memanggilmu jeng..

dari matamu aku tau
kau ingin aku memanggilmu abang..


Anina Natapraja, 1 Maret 2009, 21.30
Jagakarsa - Jakarta Selatan

Label: PUISI 0 komentar

Yang Terpilih - Bag. 5 (Anina Karin)

(Firdaus meminta Ami kembali padanya. Sakit, perih namun haru. Tapi Ami tak mau pikiran tentang Daus mengganggu pertemuannya dengan Giri. Dan betapa terkejutnya saat Giri mengatakan bahwa dia mengatakan pada kerabatnya bahwa Ami adalah calon istrinya).


        Aku masih terkaget-kaget dengan apa yang Giri katakan. Bisa-bisanya dia bilang sama saudaranya bahwa aku ini calon istrinya. Apa enggak salah? Atau otaknya sedikit beku karena udara Bandung yang dingin hingga saluran darah diotaknya sedikit tersumbat?
          “Kamu jangan gila, nanti kalau dia pikir kamu serius gimana?” tanyaku was-was.
          “Aku memang serius”. Meletus balon hijau deh. Kejutan apalagi yang kudapat hari ini? Tadi pagi aku dilanda minder dan sekarang aku melambung keawang-awang dengan omong kosong orang yang baru kukenal 2 hari.
         “Berisik ah, becandanya enggak lucu”. Aku mencoba menghentikan pembicaraan, tapi Giri pantang menyerah.
         “Kamu enggak tau ya? Sebelum ke Bandung, aku tanya sama Toma dan dia banyak cerita tentang kamu. Menurutku apa yang Toma bilang dan yang aku dengar dari cara kamu bicara, semuanya cocok. Maksudku kamu emang orangnya asyik, dan simple, terus terang saja aku suka orang seperti kamu. Dan aku memang bukan cari pacar, tapi cari istri.” Lagi-lagi dengan kalemnya dia menjawab.
          Kalau saja ada kaca pasti aku bisa melihat mukaku berubah memerah, mungkin semerah kepiting rebus. Aku yang tomboy ini, yang creambath juga karena terpaksa, katanya orang yang cocok buat dia. Apa yang sedang terjadi di dunia pejantan Indonesia sekarang ini?
             “Aku cocok buat kamu? Halo..cowok, enggak salah liat nih? Aku hampir mirip cowok, cuma rambut aja yang sekarang agak panjang, mana mungkin kamu suka sama aku? Aku hanya punya suara bagus, bukan body yang bagus.”  Aku berhenti sesaat membetulkan resleting jaketku yang sedikit terbuka, karena udara dingin mulai menggangu.
           “kamu tau nggak? Aku sebenarnya minder ketemu kamu, kamu ganteng, ideal buat jadi cowok yang dikejar banyak cewek, sementara aku? Aku cuma cewek biasa yang nggak punya kelebihan apapun”. Aku bertutur seperti ustadzah yang berusaha mengembalikan pikiran orang dari jalan sesat.
            “Kok ngomong begitu sih? Menurutku kamu manis. Memangnya apa yang salah kalau aku suka sama kamu? Hanya karena aku baru ketemu?" Giri menjawab dengan kening berkerut, lalu dia meneruskan, “kalaupun aku ketemu kamu sebelum mendengar suara kamu, aku yakin aku bakal suka sama kamu”. Aku siap membantah lagi, namun tak jadi karena mobil keburu berhenti, kami sudah sampai di Pajajaran, tempat sepupunya Giri.
          Belum sempat aku turun seorang cowok cakep bahkan cenderung cantik karena cakepnya langsung menghampiri kami.
        “Hai, kamu pasti Ami, ehm….memang bener, manis. Persis seperti kata Mas Giri, aku Adam, sepupunya Mas Giri”. O ow..! kok kemayu.
           “Hai Adam…” aku balik menyapa tanpa banyak komentar karena masih terpesona dengan gaya Adam yang 180 derajat  adalah kebalikanku.
             “Ayo Dam, pergi sekarang”, Giri mengajak tanpa keluar dari mobil, katanya biar cepat berangkat.
         “Tunggu bentar !” seperti bingung, Adam terdiam sesaat, kemudian ia menatap Giri dengan sorot meminta, “Mas, aku boleh bawa temen enggak? Yang tadi pagi datang itu lho, enggak enak kalo ditinggal. Kalo enggak boleh, ya enggak apa-apa, berarti aku enggak ikut”. Adam menunduk sambil mempermainkan kuku jarinya. Ya ampun, dia merajuk.
           Giri tertawa, “ya udah ajak aja, tapi cuma makan bareng, acara selanjutnya kamu sama temanmu enggak boelh ikut, ok?” jawab Giri sambil mengedipkan mata kearahku.  Ih apa maksudnya si Giri ini.
          Kesunyian melanda aku dan Giri saat menunggu Adam mengajak temannya yang masih didalam rumah,  aku terpaksa mengalihkan perhatian melihat-lihat pekarangan rumah Adam yang tertata rapih dan asri. Hm..rumah yang cantik.
           “Sorry ya mi, temennya Adam ikut”, Giri memecahkan kesunyian, “tadinya aku juga enggak berniat ngajak adam, tapi kasihan, dia lagi patah hati tuh. Minggu kemarin dia baru diputusin cowoknya”.  Mataku yang dari tadi menatap ke pekarangan langsung menoleh dengan cepat menatap Giri. Giri sepertinya mengerti apa yang aku pikirkan.
             “Iya, Adam gay.”  berarti benar dugaanku saat pertama kali melihatnya.
       “Pantes…dia lembut banget..” aduh, dasar mulut bocor, kata-kata itu meluncur begitu saja, lalu cepat-cepat kuralat, ‘eh, sorry, aku enggak bermaksud…” Giri langsung memotong.
           “It’s ok, tenang aja.” Kami diam lagi. Tiba-tiba aku merasa curiga, kutatap Giri dengan sorot mata yang membuat Giri melihatku dengan pandangan sedikit tersinggung tapi akhirnya dia tertawa, “Bukan ! aku bukan gay, kalau itu yang kamu pikirkan”, aku menghembuskan nafas lega, sementara Giri menahan senyum. Penasaran aku kembali bertanya, “terus yang sekarang diajak ini pacarnya yang baru?” Giri tersenyum.
          “Bukan, dia temen deket mantan pacarnya, mungkin Adam pengen ngorek keterangan dari dia, kenapa cowoknya mutusin dia”. Giri menoleh kearah pintu rumah, “ itu dia temennya Adam”.
       Aku terpekik begitu melihat lelaki yang muncul bersama Adam. Gusti Nu Agung, itu kan Arif. Aku melirik Giri, dengan terbata-bata aku bertanya dengan harapan jawaban yang aku dengar bukanlah jawaban yang ingin kudengar.
      “Siapa nama pacar Adam?” Giri memandangku dengan pendangan penuh tanda tanya, tapi aku tak peduli. Aku bertanya lagi, dan Giri menjawab, ‘namanya Firdaus. Kenapa?”  Sepi, aku terdiam.
          Oh Tuhan, Firdaus Gay. Dadaku langsung di dera rasa sesak yang amat sangat, menahan turunnya air mata. Jangan, kumohon airmata, jangan turun ke pipiku. Seandainya saja aku bisa, ingin sekali aku lari keluar dari mobil dan pulang.  Tapi Giri melihat mataku memerah.
         “Kenapa ami? hey..kenapa?” Giri memegang bahuku, sepertinya dia tau aku terguncang mendengar nama yang baru saja dia sebutkan. ‘Kamu jangan takut, bilang aja, kenapa?” aku menatap Giri, lama. Dengan susah payah, terucap juga kalimat itu, “Firdaus, 3 tahun yang lalu dia pacarku, dan tadi pagi, dia meneleponku memintaku kembali padanya”. Dan pecahlah  kedua tanggul yang menahan derasnya air mataku. Lalu  tangan-tangan kekar giri menarikku kedalam pelukannya.  Aku sempat ragu, tapi aku mendengar pemilik tangan itu berkata, “menangislah Ami, menangislah sepuasmu.” Giri memelukku. Tangan kirinya memelukku begitu erat,  entah dimana tangan kanannya, namun kusadari pada saat bersamaan  mobil pun bergerak meninggalkan rumah Adam.
       Aku masih mendengar sayup-sayup suara Adam memanggil Giri dengan bingung karena Giri  meninggalkan Adam dan Arif begitu saja di depan rumah tanpa permisi.
          Dulu pada saat seperti ini, aku akan menangis sendirian, kini aku punya bahu yang siap menerima jatuhnya air mataku. Terimakasih Toma, kau adalah teman terbaikku. Lelaki pilihanmu untukku mampu membuatku terlindung saat aku terjatuh.


******

TAMAT

Label: CERBER 0 komentar

Yang Terpilih - Bag. 4 (Anina Karin)

(Tidak percaya diri, itu yang dirasakan Ami begitu melihat fisik cowok bernama Giri. Bekal keyakinan  dari sahabatnya pun tiba-tiba buyar karena  telepon Daus.  Ami benar-benar tak mengerti, dari mana Daus tau nomor handphonenya dan apa sebenarnya yang diinginkan lelaki dari masa lalunya itu?)

            Dari mana Daus tahu nomorku? Padahal seingatku aku sudah berpesan kepada semua orang dikantor ini untuk tidak memberikan nomorku pada orang asing, siapapun itu. Apalagi Daus, dia adalah orang dari masa lalu, bahkan waktu dia tau aku kerja disini dan datang menanyakan aku ke Ita saja aku sudah kaget bukan main.
       “Ami…aku mau ketemu, please..! sebentar saja.” Suara Daus makin jelas terdengar, membuatku kembali merasa perih.
          “Dari mana kamu tahu nomorku dan tempat kerjaku?” tanyaku ketus. “Aku telpon ke rumah”, Daus berhenti, terdengar helaan nafas berat, berat sekali seperti merasa capek, lalu kembali Daus berkata, “aku bilang sama adik kamu aku teman SMA kamu, dan perlu nomor kamu buat data acara REUNI”. Brengsek, dasar bangsat. Pintar benar dia mencari alasan. Terang saja adikku mau memberikan nomor handphone dan kantorku karena berpikir bahwa ini penting.
          “Apa sih mau kamu?” emosiku terpancing. Dengan nada putus asa Daus menjawab, “Mi, aku pengen ketemu kamu, aku ingin menjelaskan semuanya, tolong beri aku waktu sedikit saja !”  dia memelas. Lelaki itu memelas meminta waktuku, tapi terlambat.
          “Apa lagi yang perlu dijelasin? Aku kira semuanya sudah jelas, apalagi yang mau kamu omongin ke aku?”  jawabku masih dengan nada ketus.
          “Ami, kamu perlu tau, tiga tahun bukan waktu sedikit mencari kamu. Setiap aku telepon ke rumah kamu, mereka bilang nggak tau.” Memang seluruh keluarga sudah aku suruh untuk tutup mulut kepada setiap orang tentang nomor pribadi dan dimana aku kost dan kerja, dengan alasan aku tidak mau diganggu.
           “Ami, aku benar-benar minta maaf dengan kejadian di kost-anku dulu, aku tidak bermaksud menyakiti kamu. Memang aku tau aku salah, tapi bukan maksudku untuk serius….” Daus mulai bingung mencari kata-kata, “waktu itu, aku cuma tidak mau Arif meledekku karena sebelumnya aku pernah bilang bahwa aku tidak suka cewek tomboy, aku tidak mau ketahuan pacaran sama kamu karena aku malu dengan kata-kataku sendiri,” Daus berhenti, dia terdiam.
          “Sekarang kamu nggak perlu malu lagi, aku sudah bukan pacar kamu, toh kita juga pacarannya hanya semalam” kataku pedas.
         “Ami ! Aku menyesal, sampai sekarang aku tidak pernah bisa melupakan kejadian itu, aku berdosa. Kalau saja kamu tau, waktu itu Arif marah sekali, dia bilang aku cowok pengecut dan tidak pantas untuk dijadikan teman. Dia sangat marah”. Aku tertegun, Arif marah? Wow, ternyata cowok itu hebat juga.
           “Aku akui, aku memang pengecut, aku pengecut karena tidak mau jujur, aku berbohong hanya karena mempertahankan gengsi akibat kata-kataku sendiri. Maafin aku mi, aku mohon..!” Entah kenapa ada sedikit kelegaan, di sisa rasa sakit hatiku. Apakah ini tanda aku masih sayang pada Firdaus? Aku tidak tau, tapi ada rasa haru waktu aku mendengarnya minta maaf, dan aku tau permintaan maafnya tulus. Aku yakin.
          “Aku maafin kamu. Sudahlah, itu sudah lama berlalu, tidak ada yang perlu diungkit lagi, anggap aja semuanya sudah selesai, bereskan?” tanpa sengaja mataku melirik ke jam dinding dan tiba-tiba panik karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.
           “Beres? Setelah aku berusaha menemui kamu dan belum pernah berhasil, sekarang harus aku anggap beres?”
           “Lalu maumu apa ?”
          “Ami, aku sayang kamu” Oh Dewa Amor, datang di waktu yang salah. “Ami aku nggak bohong. Aku mencari kamu 3 tahun ini selain untuk minta maaf juga untuk meyakinkan kamu kalau aku benar-benar menyayangi kamu. Please…!  Beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dulu” kepalaku tiba-tiba pusing. Aku menyesal, kenapa tadi aku mengangkat telpon dari nomor ini kalau jadinya akan membuatku tersudut lagi dalam pilihan sulit.
          “Daus, aku mau pergi, kita ngomong lain waktu saja ya? Lagian mungkin kamu lagi kurang sehat, jadi ngomongnya ngaco. Mendingan kamu istirahat aja deh ya? Bye”. Tanpa pikir panjang aku langsung menutup telepon. Aku tidak peduli bagaimana perasaan daus, yang penting adalah bagaimana aku bisa menghindar dari dia untuk sementara waktu. Aku tidak mau pertemuanku dengan Giri terganggu dengan pikiran dipenuhi Daus.
          Segera saja kubereskan berkas kantor di meja, setelah kuterima sms dari Giri yang isinya mengatakan dia sudah menungguku diluar. Lalu dan untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan, aku mematikan handphone.
         “Cieee, suit tu wiiiw, rambutnya bagus, habis nyalon ya? Aku jadi tersanjung nih, kamu dandan buat aku?”  kurang ajar, cowok ini membuatku tak bisa manjawab.
           ‘Ih, kege-eran, aku creambath biar rambutnya enggak rontok.” Aku mengelak.
           “Iya deh non. Ok, kita mau kemana nih sekarang?”
           “Terserah kamu”  terus terang, aku tidak punya ide sama sekali.
        “Ok, kalau gitu kita makan aja deh, kebetulan aku udah laper lagi nih, he he”. Kebetulan aku juga memang lapar, dari tadi enggak sempat makan, soalnya yang dipikirin cuma rasa minder, ditambah lagi dengan persoalan Daus.
          “Tapi kamu keberatan nggak kalo saudaraku ikut? Soalnya aku sudah janji mau kenalin kamu? Boleh kan? Dia penasaran banget pengen liat kamu” Celaka ! Apalagi ini? Pake acara perkenalan segala.
          “Emang kamu ngomong apa tentang aku sama saudara kamu?” Aku mulai mencium bau yang tidak beres.
             “He he he, aku bilang sama dia , aku ke Bandung mau nemuin calon istri” 

******

bersambung

Label: CERBER 0 komentar

Yag Terpilih - Bag. 3 (Anina karin)

(Ami mendapat kejutan. Firdaus, lelaki dari masa lalunya datang kembali membuka luka yang belum kering. Sementara Giri juga  semakin membuat Ami sport jantung karena datang lebih cepat dari yang janjinya). 


          Apa yang harus kulakukan? Semuanya jadi kacau diluar perkiraan. Giri yang seharusnya datang jam 7 malam, tiba-tiba nongol jam 9 pagi. Hancur deh semuanya. Aku belum siap ketemu. Selain rambutku yang super berantakan, aku juga belum siap mental. Memang sih waktu tadi aku telepon Toma, dia bilang Giri tidak melihat perempuan dari penampilan luar nya saja, tapi aku kan mesti curhat dulu sama sohibku bagaimana cara menghadapi si Giri itu itu, eh belum apa-apa dia sudah datang. Mampus deh.
          Selain aku tidak percaya diri, tau nggak sih kalau ini jam-jam kantor paling rame? Kalo aku suruh dia masuk, waaaaah…seisi kantor bisa berubah jadi suasana konser musik rock dengan teriakan-teriakan shock karena melihatku bersama seorang cowok. Oh My God !
          “To, sini…!!!”  rasa ingin tahuku tentang fisik cowok itu terlintas saat office boy favorit kantor lewat di depan mejaku. “To, tolong dong, kamu lihat cowok yang pake mobil sedan hitam didepan. Tolong perhatiin, kaya gimana sih orangnya? Tapi jangan ribut ya? Cepet !” pintaku mewanti-wanti.
          Tak lama kemudian Yanto kembalii, “Mbak, orangnya pake baju item, tinggi, cakep deh pokonya, he he he he, pacarnya mbak ami ya?”  Yanto menggodaku setelah memberitahuku seperti apa cowok yang akan kutemui. “Pacar gundulmu? Kalo pacar ngapain aku suruh kamu ngeliat ke depan. Udah ah ! Eh, tapi..makasih ya To…” kataku sambil menyelipkan selembar rupiah ke tangan Yanto.
         “Nggak usah mbak” Yanto menolak. Aku tetap bersikeras  memaksa Yanto untuk menerimanya, “Buat beli rokok. Kalo kamu nggak mau nanti aku nggak mau minta bantuan kamu lagi lho.” Ancamku.
          “Yo wis. Makasih ya mbak”. Dengan malu-malu anto pergi meninggalkan aku yang juga beranjak meninggalkan meja kerja dengan enggan  karena rasa ragu-ragu dan hati yang deg-degan. Sumpah ! deg-degan banget. Benar kata Yanto, dia cakep banget, ganteng malah.  Aku berdiri dibelakang cowok itu, tidak tau apa yang harus aku lakukan. Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiranku untuk berbalik dan pergi meninggalkan cowok itu. Ya, aku memutuskan untuk tidak menemui dia.
         Baru saja aku hendak membalikkan badan, bermaksud masuk kembali ke kantor, handphoneku menjerit dan saking kagetnya aku langsung pencet tombol answer bukannya reject, kontan saja cowok itu berbalik dan dia langsung melihatku. 
          “Hai…kamu pasti ami ya?” Mati aku. Sok tau banget sih ini orang, aku kan belum sebutin nama, kok udah main tebak aja, sialan. “Bu..bukan, aku bukan ami..” jawabku mengelak. Eh, cowok itu malah ketawa sambil menunjuk handphone ku .
          “Itu suara kamu kan di telpon, Ha ha ha ha, ami…ami”.  Aduh, tolol banget sih aku, ya jelas lah ketahuan, soalnya waktu aku ngomong, aku kan pegang handphone yang nyala, dasar tolol. Mukaku langsung merah menahan malu, sangat malu. Parahnya cowok itu masih saja senyum-senyum, lalu kemudian dia mengulurkan tangan dan berkata, “Aku Giri, sorry ya, aku dateng kepagian. Kebetulan pagi ini aku libur, dan janji ketemuan sama temen juga batal, soalnya temenku ada kerjaan ngedadak. So…di Bandung deh aku sekarang, ketemu sama Ami” selama dia bicara dia terus saja memegang tanganku. Kurang ajar banget ini orang, belum apa-apa sudah bikin aku ge-er.
           “Oh..ehm..gpp, udah tanggung, masa aku suruh kamu balik lagi ke Jakarta, gak mungkin kan? Tapi ngomong-ngomong, tanganku lepasin dulu !” pintaku.
           “Ups! Sorry !” refleks dia melepaskan tanganku sambil nyengir, lalu katanya lagi, “Aku nggak bisa lama, enggak enak, kamu masih kerja kan? Tapi nanti aku kesini lagi jemput kamu, ga apa-apa kan? Kamu pulang jam berapa?” Terima kasih Tuhan, akhirnya dia akan menyingkir juga meskipun nanti dia balik lagi. Minimal aku punya waktu bernafas lega lebih lama dan aku tidak perlu menyuruhnya masuk ke ruang tamu kantor.
         “Aku pulang jam 4, sebenarnya jam 2 sih kalau Sabtu, cuma aku mau mau beresin sesuatu dulu”, jawabku sambil membalas anggukan salah seorang karyawan tetangga kantor yang kebetulan lewat. “Sekarang kamu mau kemana?” tanyaku basa-basi.
          “Mau ke Pajajaran dulu”, jawab Giri dengan tangan kiri sibuk  menarik jaket dari sandaran kursi mobil dan mengenakannya. “Kerumah saudara, dia marah-marah karena aku jarang sekali kesini, sekalian ikut  tidur dulu sebentar, biar nanti ketemu kamu udah seger lagi.” Jawab Giri  menggodaku. Mau tak mau aku tersenyum juga.
          “Oh, ok salam buat saudara kamu ya, aku masuk dulu ya, mau siaran” dengan senyum manis Giri mengangguk, “ok, aku pergi dulu, jangan lupa, jam 4 aku jemput, ok?” aku mengangguk mengiyakan walaupun aku sendiri belum yakin, apakah aku akan menepati janji atau malah berusaha kabur lagi.
            Setelah dia pergi, aku lalu siaran sampai jam 12 siang. Terus terang saja, siaranku sedikit kacau karena pikiranku terganggu oleh janji ketemu nanti sore. Akhirnya kuputuskan untuk minta saran sohibku, Yano. Yano adalah salah satu staff team program di kantor yang kebetulan juga sohib ku.
          “Aku bingung Yan, aku temuin lagi nggak ya?  Nggak PD euy. Mending aku pulang aja ya? Aku lupain aja deh si Giri.” Mulut Yano yang sedang sibuk mengunyah kacang telur langsung terhenti dan dengan mimik muka tak percaya dia manatapku seperti menatap mahluk aneh.
          “Apa???? Yang bener aja? Eh, orang lain tuh setengah mati pengen dapet cowok cakep nan rupawan dengan usaha keras dan penuh semangat juang 45. Ini cowoknya datang sendiri kamu malah mau kabur, gimana sih?” Yano berhenti sejenak untuk meneruskan kembali pekerjaan mulia - versi Yano- ngemil kacang nya yang terhenti, lalu lanjutnya, “please deh, jangan bodoh !”
          “Tapi yan....”, Yano langsung memotong bantahanku, “nggak ada tapi, sekarang juga, aku antar kamu ke salon, creambath dulu, biar peredaran darah di kepala dan badan sedikit segar, and kamu bisa berpikir jernih” kata Yano.
          Jam empat kurang lima, aku berdebar-debar menunggu Giri, walaupun sekarang tidak seragu tadi. Benar apa kata Yano, aku agak sedikit fresh dan kelihatan manis dengan rambut teratur sehabis creambath. Handphoneku bunyi. Waktu kulihat dilayar hp, nomornya asing. Nomor siapa ini? Tadinya aku tidak mau angkat, tapi bunyinya terus menggangguku. Tak  apalah kuangkat saja, siapa tau orang penting.
          "Halo..., siapa nih?” sesaat tak ada jawaban, kemudian aku dengar suara helaan nafas berat dan ketika detik berikutnya dia bicara, aku hampir saja pingsan mendengar suara seseorang yang sangat aku benci, dan pernah sangat aku cintai, Firdaus Arya Winanta.


******
bersambung
  

Label: CERBER 0 komentar

Akhir Paragraf

Mata itu tak bening namun menatapku indah..
wujudkan mimpi yang terukir berabad silam..
sinarnya tak benderang namun tajam menusuk relung jiwaku..
merayap hingga ke ulu hati dan seolah berkata..aku datang melengkapi ujung mimpi...

Lirih nyanyianmu bukan genit..
lantang lirikmu bukan rayu...
Melody itu adalah nafas dalam setiap mimpiku
hadirmu adalah harmoni...

Jika mimpiku adalah cerita..
kehadiranmu adalah paragraf terakhirku..

Anina Karin, 27 Juli 2009 17.28
Jagakarsa : Jaksel

note : Untuk seseorang yang sudah melengkapi mimpiku..walaupun hanya untuk bertemu, menatap dan berbicara saja...

Label: PUISI 0 komentar

Untukmu Sobat

Sobat, mataku berkunang-kunang melihat bulan kesiangan..
bintang-bintang enggan bermain...seperti malas berbaur..

tiba-tiba saja aku ingat saat kita patungan makan sebungkus nasi warteg..

esoknya kau tak masuk karena sakit perut..
saat itu kau bilang..."sakit perutku ini tanda pertemanan kita adalah sejati.."

Sobat, bila matahari datang terlalu pagi bukan berarti kita sangkuriang yang gagal membuat danau
atau dayang sumbi yang menghindari cinta sedarah
kita tetaplah kita, senyum dalam cuaca mendung, tawa dalam derasnya hujan,
dan dingin saat panas kemarau ..

Sobat, saat ku berkedip...bulan sudah tersenyum..
dan bintang mulai menari genit..



Anina Karin, 09 Juni 2009, 13.45
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Cari Tumpangan

Kawat berduri bermerek malas ..mengikat erat gerak nadiku
rantai berlebel jenuh menahan semua langkah pikiran ..
memukul jatuh roda semangat ..

ruh ku terlempar...ah....tak enak rasanya..!!!!
bengkel jiwa masih jauh..kemana cari tumpangan..?
ada yang bisa bawa aku kesana?


Anina Karin, 13 Mei'09 22.50
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Pangeran Krupuk Sambal

Belikan aku kerupuk sambal didepan sekolah
kita makan berdua sambil menunggu bel masuk tiba

Belikan aku kerupuk sambal dengan kepingan receh sepuluh rupiah
sebagai penutup tangisku saat banyak teman mangganggu..
lalu kau bilang aku perempuan paling cantik dikelas..
dan cacar kering itu tak mengganggu mu menghiburku

Aku pikir kau si ganteng yang sombong..
ternyata pangeran mulia hati dari negeri kebaikan..
menaburkan cinta monyet dengan saputangan lusuh..
berhias keringat bekas main petak umpet...

Belikan aku kerupuk sambal seperti waktu itu
agar kau bilang kangen lagi saat ku tak masuk kelas..karena sakit perut
Dimana kah kau pangeran krupuk sambal?

Anina Karin, 170409 13.30
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Tanda Tanya

Sepasang kekasih berdua dalam diam...
si lelaki menjauh, si perempuan menangis..
cantik, lembut, anggun dan sedih...

lirih dia berusaha memanggil..
si lelaki makin menjauh dan hilang...
si perempuan menunduk, menutup muka dengan dua telapak tangannya...

lelaki baru datang..menegurnya lembut..
perempuan itu menengadah...tersenyum dalam sedih...
cantik, lembut, anggun dan...berjakun....

Anina Natapraja 19 Jan'09 jam 15.08
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Titik... Titik...

Titik..titik...
Jemariku menari melukis kata manis..
tentang rupa dan senyum yang kau tawarkan lewat deretan kata maya..

Seperti telah bertemu satu abad, aku mengenalmu dekat..
bercanda, mengumbar kata sarat makna

Apakah aku mulai gila, atau kau yang memang penakluk?
Ada debaran saat jemariku menarikan setiap kata..
Entah kenapa…
Aku tak tau…


Anina Natapraja, Jakarta, Agustus 2007

Label: PUISI 0 komentar

Besok Saja, Istriku Bangun

Ototku menegang senang, saat terima sms darimu..
isinya…"Hallo Cinta…"

Ge-erku bertamah saat kemudian kau katakan.."I Miss You"
Aku tenggelam dalam angan, berharap..

Lalu satu malam, aku sms kamu…
Isinya, "aku telpon ya?"…

Jawabmu.."Jangan, besok saja, istriku bangun".


(Anina Natapraja, 13 April 2005 09.50 WIB, Jl. Jurang)

Label: PUISI 0 komentar

Lapar

Waktu itu aku tak sengaja…
Bibirku menempel..bersentuhan dibibirmu

Kau bilang maaf
Ku jawab…tak apa

Aku juga tak sengaja..saat kancing kemejaku sedikit terbuka..
dan kau…



Anina Natapraja, 14 April 2005, 16.54 WIB, di Jl. Jurang 80

Label: PUISI 0 komentar

Mungkin Karena

Seperti memegang angin...
aku tak dapatkan apa-apa
hampa....., kosong....

Kamu tidak tampan
kamu juga tidak gagah
tapi kau eksekusi waktuku..tanpa batas

lalu mengapa aku suka padamu?
Mungkin karena kamu
PENIPU..!!!

Anina Karin, 13 April 2005
Jl. Jurang-Bandung, 14.25 WIB

Label: PUISI 0 komentar

Mau Apa?

Kau datang dari jendela dan pergi melalui atap..
tanpa kata halo atau ucapan selamat tinggal..

Sekarang kau ada di depan pintu..
Aku bingung harus bagaimana
Persilahkan kau masuk..
atau ku usir dengan manis..?

aku menghitung...1..2..3..., nah ..benar kan? kini kau mengetuk pintu..
Akhirnya aku tau.., aku akan biarkan kau masuk..
Lalu aku persilahkan kau duduk..
Sebagai terdakwa..


Anina Karin, 25 Februari 2009
15.00 WIB, Jagakarsa - Jakarta Selatan

Label: PUISI 0 komentar

Maafkan Aku

Dulu...baju darimu kulempar karena kuanggap kampungan..
kini...aku temenung, duduk diam mata berkaca..

Ternyata tak ada baju seindah pemberianmu..
yang kau jahit dengan benang kasih sayang..
Maafkan aku...ibu..


Anina Karin, 14. 20 27 Feb'09
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Kangen

Sore ini aku kangen padamu..
Kupandangi saja puntung rokok di asbak itu...



Anina Karin, 1Maret 2009 13.01
Jagakrasa-Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Berikan Aku Bulan

Redup senja bergelayut diantara anak anak rambut
melepas lelah bersandar di kening malam

Geliat jiwa merayap.. menapak di kaki temaram
terseok.... terseret gelap yang bersekongkol..

Tolong....berikan aku bulan...



Anina Natapraja, 19 Maret 17 54.
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Sepotong Selimut

Sepotong selimutku terbuka saat merangkul pagi..
memeluk embun nan enggan menetes karena kemarau segera bangun...

Ada ketukan di antara irama hawa dingin ..
berlapis sentuhan hangat sapaan selamat pagi burung-burung yang tak pernah ku tau jenisnya..

Sepotong selimutku terbuka saat tungkai raga berjiwa kosong menari diatas alas mimpi
mengurai sisa-sisa mata khayal yang hampir pudar tertiup harap..

Sepotong selimutku terbuka..sepotong lagi enggan beranjak..


Anina Natapraja, 20 Maret'09 11.56
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Miceunan Karat

Neuteup langit tengah peuting...ngagulanggaper kasono
nimbaan cipanon tina sumur hate
balur peurih ku kanyeri .. miceunan karat kaasih..

Neuteup langit tengah peuting..
ngitung bari ngahijikeun sesa kanyaah...


Anina Natapraja, 20 maret 09 22.58
Jagakarsa-Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Maaf, Aku Mau Tanya

Maaf......., aku mau tanya...
Apakah kau melihat potongan hatiku yang jatuh?
Sudah kucari kemana-mana..tapi sulit kutemukan.

Maaf......., aku mau tanya...
Bisakah kehilangan sepotong hati kulaporkan pada polisi?

Maaf......., aku lupa...
Kau tak punya hati..!!



Anina Natapraja, 22 Maret 2009 13.41
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Leres Saur Apa

Poe ieu kuring datang, rek ngabedahkeun cipanon..
dipilih bari disaring, mana nu bisa diteundeun..

tadina rek dipiguraan, dihias kawat kapeurih...
teundeun di lolongkrang ati, keur teangeun engke jaga...

tapi kalah beuki hese, leupas deui leupas deui..
ka sered harewos batin..

Leres saur apa...
tong juuh teuing cipanon, geulis...
piceun..., ulah dikumpulkeun....


Anina Natapraja - May 05th'09 11:18 pm
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Bilang Padanya

Wajahmu berserakan dihalaman hatiku..
berjatuhan dari atap rindu..

huh...sulit kusapu..satu hilang lain datang
lagi dan lagi..

senyummu bertebaran beranda otakku..
berpesta pora memainkan musik cinta..

pergilah..
temui juragan mu dan bilang padanya..
aku benci merindukannya..


Anina Karin, 31 Juli 2009 10.41 malam
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Teman, Aku Rindu

Teman, aku rindu...
celotehmu menamparku..
rontokan sendi-sendi kesombongan
tulus caramu..patahkan idealisme sinisku tentang hidup

tubuhku gemetar..waktu kau beri peluk setelahku memakimu..

membangun arti belahan jiwa...

teman.. aku rindu..

hatiku gerimis..memeluk pusaramu..


Anina Karin, 5 Agustus 2009 13.07

Jagakarsa Jaksel

mengenang sahabatku - Ria Devitania - semoga engkau damai diSisiNya, Amin.

Label: PUISI 0 komentar

Tersesat

..Kala mata terpejam...
ruh ini bangun mengembara..mengejar jejak buron pencuri jiwa..

mengendap-ngendap.... berlari menembus gelap...

ketika mata terbuka...ruh ku ...tersesat...


Anina Karin, 02.33 am
Jagakarsa I38

Label: PUISI 0 komentar

Perahu Renta

Dari hulu ke hilir..berperahu niat..
mendayung arus nasib dengan gurat-gurat lelah
menimba keringat ... mengukir senyum 7 balita kecil..

Dari hulu kehilir..berperahu usia...
berdiri menjadi dirijin kehidupan..bertongkat pedoman prinsip..
menggali jiwa 7 remaja tumbuh tanggung...

perahu sudah hampir di hilir..nampak renta..
namun lemahmu ajaib...tangan keriput penuh doa.. perkasa, halangi bocor sana sini
lindungi 7 buah hati dewasamu...

Ibu....pernahkah engkau bahagia..???


ANINA KARIN, 17 Mei'09 11.25
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Acuhkan Saja

..dekatlah padaku..
ceritakan kembali tentang indahnya lelahmu..
biar kuhirup bau tubuh dan keringatmu..

..duduklah disampingku..
biarkan tegarmu runtuh sesaat dipelukku..

dekatlah padaku....
jangan dengarkan mereka, acuhkan saja..

..duduklah disampingku..
tak peduli bibirmu bergincu..kau pria sejatiku..

Anina Karin, 15 Agustus 2009, 2.41 am
Jagakarsa I38

Label: PUISI 0 komentar

Racun

Sendi-sendi keyakinan itu mulai luruh ..
saat pahatan janji mulai bias oleh hujan kebohongan
memudar tersapu basa-basi busuk…

manis kemarin... hanya potret..
bingkai hiasan lemari dapur… teman pesta para tikus..

Berbaliklah…bawa jejakmu pergi..
usir lah serangga dengan gombalmu itu..
usah kau usik lelapku..




Anina Natapradja 171109 JGKRS I38 1149pm

Label: PUISI 0 komentar

Hatiku Hujan Deras

Hatiku pernah hujan…
Ketika kelopak siang tak mau berkedip…
mentari menunduk berpayung mendung
Meski awalnya tak berawan..

Lalu hatiku gerimis…
Saat pahatan senyummu melukis kata….
kata asih…dari hati.


Kini hatiku hujan deras......
Ada asih lain menghias hatimu..
dan kau letakkan di sisi hatiku..

Anina Karin
090210 05.23 pm, JGKRS 39

Label: PUISI 0 komentar

Selamat Pagi Bapak

Selamat pagi bapak..,
apa kabarmu? sehatkah?
semoga masih ada senyum diantara kepulan asap lintingan  tembakau mole

Bapak..., masih ingatkah saat ku bertanya tentang ilmu kebal senjata..?
dengan penuh semangat jawabanmu adalah  'Piara Welas Asih'

aku lupa bertanya padamu...,
haruskah si welas asih ini  ku beri makan agar tetap hidup?
harukah kumandikan agar tetap bersih?
haruskah kuberi pakaian agar dia cantik?

Sudah lama Welas Asih pergi ..aku kehilangan jejaknya...,
apa bapak tau? mungkin dia mengadu pada bapak kalau aku mengusirnya..

Selamat Pagi Bapak...
kalo Welas Asih datang padamu..., tolong sampaikan..
aku menunggunya kembali..

Anina Karin Jagakarsa I 38. 121210 07.01 pagi

Label: PUISI 0 komentar

Mimpi

Bait-bait hidup itu menusuk kulit jiwaku yg telanjang..
dingin dan hampir membeku
mengurai gumpalan hampa yang melilit emosi..

bisikan itu menyentuh wajah hatiku yg tak berbaju..
merajut benang-benang keyakinan  menjadi sehelai kain batin..

bait-bait hidup itu…menganyam senyum…
merangkul jiwaku hangat…
lalu aku tebangun…
dan kembali sepi…


Anina Karin - Jagakarsa I 38 121210 0511

Label: PUISI 0 komentar

Yang Terpilih - Bag. 2 (Anina Karin)

(Ami bingung, dia tidak menduga kalau Giri, cowok yang dikenalkan temannya lewat telepon nekat datang secepat itu. Padahal Ami merasa tidak siap untuk menerima kedatangan seseorang yang baru)

Hiiiih, cuaca dingin pagi ini membuatku tenggelam ke dasar tempat tidur, mencari kehangatan pagi yang rasanya sudah beberapa minggu ini enggan muncul. Yang ada hanya udara dingin, dingin dan dingin. Untuk menarik selimut supaya aku mau beranjak turun, rasanya adalah hal luar biasa berat yang harus kulakukan. Bayangkan, pagi dengan cuaca agak mendung tinggal menunggu hitungan menit saja untuk menanti turunnya hujan, adalah pagi yang paling enak untuk dilewatkan dengan tidur berbalut selimut hangat. Hm..dunia serasa milik pribadi.
            Diluar cahaya mentari sepertinya malas untuk menampakan diri, padahal semua orang pasti sedang menunggu hangatnya sinar raja galaxy ini. Duh, malasnya bangun pagi, seandainya saja hari ini libur, pasti aku lebih memilih meneruskan mimpi dari pada repot-repot mandi. Tapi hari ini aku kan harus siaran jam 10 pagi, belum lagi janji telepon narasumber dan janji-janji lainnya di kantor. Semuanya harus sudah beres jam 4 sore, karena aku ada janji ketemu sama Giri jam 7. Giri !!!! Begitu teringat nama itu aku hampir saja jatuh saking kerasnya meloncat dari tempat tidur.
            Mandi, aku harus mandi, biar segar, dan cantik. Tak mungkin aku ketemu Giri dengan penampilan seadanya.
Untung saja mandiku hanya 10 menit, bahkan kurang, karena hujan begini menurutku tak baik berlama-lama di kamar mandi yang hampir menyamai lemari es. Selesai mandi aku coba sedikit dandan, pilih baju terbaik walaupun ujung-ujungnya semuanya kembali numpuk diatas kasur karena aku merasa tak satupun diantara baju-baju itu yang pas buatku, malah jadi kelihatan seperti badut.
            Akhirnya setengah putus asa aku kembali ke baju favoritku, T-Shirt abu-abu tua dipadu celana jeans plus sepatu teplek.  Sebodo amat dengan komentar Giri nanti.
            “Mi, tadi ada yang nyariin…!” baru saja aku melangkahkan kaki dikantor, Ita sudah menghadang di meja front office. “Dia bilang katanya mau kesini lagi nanti siang, namanya Firdaus”.
             Duarrr !!!! seperti mendengar suara petasan, mataku hampir saja melompat keluar, tapi untung saja aku bisa menjaga keseimbangan wajah, hanya sayang sekali, Ita keburu mencium rona tidak beres diwajahku.
            “ Kenapa? Kok kaya yang kaget?”  Tanya Ita curiga. Aku tak langsung mejawab karena bingung. Mendengar namanya saja rasanya aku sudah ingin marah, apalagi kalau bertemu. Untuk apa orang itu datang lagi? Apa nggak cukup dia menyakitiku dan membuat hatiku porak poranda?
            “Haloooooo, Ami…????” Aku tersadar dan menjwab pertanyaan Ita , “Ee..Ta, bilangin aja aku ga masuk hari ini, ok? Thank you.” Ita melongo dan mulutnya siap mengucapkan sesuatu, namun dering telpon di meja FO menyelamatkanku dari pertanyaan ita. Oh Tuhan, syukurlah aku datang lebih lambat.
            Firdaus Arya Winanta. Nama itu sudah kubuang jauh, kenapa sekarang datang lagi? Aku sudah ingin terbebas dari kenangan buruk bersamanya. Masih kuingat bagaimana getirnya aku saat itu, saat suatu siang aku mampir untuk mengembalikan jam tangan Firdaus yang ketinggalan dirumah. Waktu itu aku hampir saja mengetuk pintu kamar kost-annya Daus  - paggilan sayangku untuknya - saat kudengar suara yang sangat kukenal tertawa-tawa bersama Daus.
            “Bener nih kamu nggak ada apa-apa sama si Ami?” suara Arif terdengar meminta penegasan.
            “Asli, aku enggak ada apa-apa. Kira-kira aja lah bro…aku pacaran sama Ami? Ha ha ha ha ha ha..cewek tomboy begitu? Gak mungkin. Ok lah, aku emang suka sama dia karena dia aktif, supel, pokonya nyenengin deh. Tapi kalo aku harus jadi pacarnya, nanti dulu deh. Sorry, bukan tipe ku !”  lalu Firdaus tertawa.
            Lututku langsung lemas, tanpa bisa kutahan aku jatuh terduduk diluar pintu kamar kost. Sadar ada orang diluar, Firdaus dan Arif langsung membuka pintu, dan wajah Firdaus langsung pucat begitu melihatku, seperti maling ketahuan satpam.
            “Ami…kamu dari tadi? Kok gak masuk? Kamu kenapa?” dengan panik  dia mambantuku bangun dan membimbingku masuk, tapi dengan halus kutepiskan tangan Daus dan berkata, “Enggak kok, aku baru saja datang, dan nggak sengaja kakiku kesandung pot bunga ini. Oya, nih aku Cuma mau ngembaliin jam tangan kamu, tadi malem ketinggalan dirumahku.” Kataku sedikit bergetar karena menahan supaya airmataku tidak turun. Aku tidak mau membuatnya senang dengan memperlihatkan diri bahwa aku terluka.
            “Wow, jadi tadi malem Firdaus kerumah kamu? Pantesan aku telpon enggak diangkat-angkat, he he....Rupanya kalian lagi asyik kencan ya..? Jangan-jangan sekarang juga janjian nih, aku jadi nggak enak.” Arif melirik Firdaus penuh arti lalu kembali berkata, “Masuk dong Mi,..aku sudah mau pulang kok !”
            “Nggak makasih, aku nggak lama kok. Aku Cuma mau kembaliin jam tangan. Oya  Daus, mulai hari ini sebaiknya kamu tidak usah datang lagi kerumahku atau jalan bareng lagi.  Aku enggak pantes buat kamu, aku bukan tipe mu kan?”  akhirnya terucap juga kata-kata yang aku tahan.
            “Kok kamu ngomong begitu sih? Mi, kamu tadi denger obrolan aku sama Arif ya? Mi, aku Cuma bercanda, sumpah !” Firdaus panik, sementara kulihat Arif melongo, terdiam mematung. Mungkin dia baru sadar apa yang baru saja terjadi.
            ‘Nggak apa-apa. Memang bener kok aku enggak pantes buat kamu. Aku bukan tipe-mu. Aku cuma nona rata-rata yang tomboy dan tolol..” aku menghela nafas lalu meneruskan kata-kataku ..”Aku hanya gadis bodoh yang percaya begitu saja waktu tadi malem kamu bilang bahwa kamu sayang sama aku, cinta sama aku. Tapi ternyata kamu penipu.”  Aku mengakhiri semua kata-kataku dengan tetesan air mata yang tak bisa kutahan lagi. Lalu cepat aku membalikkan badan dan lari dari kedua cowok yang berteriak-teriak memanggilku.
            Lagu pelangi dari Radja menyadarkan aku dari lamunan masa lalu.  Kuangkat handphone ku, dan dari seberang sana kudengar suara Giri.
            “Hai…Mi, aku udah sampe di Bandung, nih udah didepan kantor kamu”.

                                                            *******
Bersambung


Label: CERBER 0 komentar

Yang Terpilih - Bag. 1 (Anina Karin)

“suara kamu seksi..!”, gila, ini cowok langsung ngegombal.
“He he he, masa sih..?” aku tertawa
“Bener, jadi nggak sabar pengen ketemu kamu..!”
“Emh…ntar dulu, kamu boleh aja seneng denger suaraku, tapi belum tentu kalau ketemu..!”
“Lho emangnya kenapa?”
“Aku mungkin bukan seperti yang kamu bayangkan.”
“Maksudnya?” dia penasaran.
“Suaranya sih seksi, tapi orangnya enggak, cantik juga enggak…”
“ha ha…cantik itu relatif non…”
“Tapi tetep aja, cowok kan biasanya lihat cewek dari fisik..” aku mulai nge-judge.
“Aku enggak, buat aku pertama kali yang harus enak adalah gayanya..”
“oya?” aku tak percaya.
“he eh…!”
“Kamu udah sering ke Bandung?”
“Sudah, tapi gak terlalu sering”.
“Kalo gitu ngapain kamu minta ditemenin sama aku? Sebenernya kamu ke  Bandung mau ngapain sih?”
“Mau ketemu kamu..!”

            Deg..!, aku langsung sadar. Ini pasti ulah si Toma. Temenku itu emang gatel kalo gak jail. Rupanya dia benar-benar ingin menjodohkan aku. Dasar si kurus. Tapi aku seneng juga, ternyata si Toma perhatian juga sama teman, tau saja kalo temannya memang lagi jomblo abis.
Aku masih ingat waktu beberapa bulan lalu ngobrol di telpon sama si kurus itu.”Kurus, cariin aku cowok dong, buat calon suami, yang cakep ya?”,
Dengan lurusnya si kurus menjawab, “Mau yang kaya gimana?
Tenang…banyak kok disini, nanti aku eksport ke tempat kamu ya?”
            Dan sekarang dia benar-benar menepati kata-katanya. Pantes minggu kemaren dia sibuk sms-in aku.
            “Mi, temenku mau ke Bandung, kamu temenin ya? Dia minta di tunjukin jalan-jalan di Bandung, orangnya baik kok, ganteng lho… ” Begitu terima sms itu aku langsung balik telpon.
            “Halo, kurus, temen kamu siapa?, emang kapan mau kesini, orangnya baik nggak?” aku langsung nyerocos tanpa ba bi bu lagi. Dari seberang sana si kurus Toma menjawab sambil tertawa ..“he he he, baik dong, namanya Giri, orangnya ganteng lho..”
“Terus ngapain kamu nyuruh aku nemenin jalan, kamu kan tau aku udah lama gak pernah gaul, gak tau tempat-tempat nongkrong. Biar kata aku orang Bandung, tapi aku buta soal jalan, kalau nanti nyasar gimana?”
 “Ya kalo nyasar kan kalian bisa lebih lama berduaan.., dia udah siap nikah kok..he he he..!”
“Uuuh, dasar..!!!” Mau ngga mau aku jadi tertawa juga. Kok si kurus bisa yakin kalo aku pantes buat temannya itu. Tapi sebodo lah, aku sendiri tidak begitu yakin. Biar saja berjalan, soal cowok itu suka atau enggak sama aku, ya gimana nanti, toh ini hanya usaha teman yang pengen bikin aku seneng.
            Kalo dipikir-pikir, aku memang udah lama banget nngejomblo, bayangkan saja, 4 tahun. Hah…! Lama juga ya?

            “Halo, mi, ami, kamu dah ngantuk ya?” pertanyaan diseberang sana menyadarkan lamunanku tentang sikurus dan kejombloanku. Dengan malu aku menjawab “eh, ee,,enggak…ini liat iklan di TV, lucu” jawabku sekenanya. Ya Tuhan aku nggak mau ketahuan ngelamun, kalau saja saat ini kami berhadapan, pasti dia bisa liat mukaku merah.
          “ngomong-ngomong,  Toma  ngomong apa soal aku?” tanyaku menyelidik, takut kalo si kurus itu ngomong yang enggak-enggak, tepatnya mungkin bukan takut, tapi malu, ha ha, ternyata aku masih punya rasa malu, hah thanks God, aku masih perempuan normal dan penuh etika perasaan.

“Enggak banyak kok, dia cuma bilang punya temen di Bandung, namanya Ami, and orangnya asik..”
“Huh salah besar..!”
“Kok salah?”
“Aku itu menyebalkan dan apalagi ya? Pokonya yang jelek-jelek deh..!’
“Ha ha ha…masa? Aku jadi penasaran. Oya, kalo  aku ke Bandung, kamu harus temenin aku 24 jam ya?”  dengan nada tawa dia meminta.
”Iiih nggak mau, emang aku satpam? 24 jam, nggak tidur dong..!”
“Lho, gak usah tidur, pelukin aku aja.!”
“Yee, ogah ! nanti  kalo kenapa-napa gimana?”
“Gak ada salahnya kan, asal kamunya mau..”
“Justru itu, aku takut aku mau. Bahaya..”
“Ha ha ha, tapi kalo cium mau nggak?”
“Kalo cium ….boleh lah, soalnya aku dah bertahun-tahun nih nggak dicium..”
“ha ah ha ha…., ami-ami, aku jadi tambah pengen cepet ke Bandung  nih..hm…gini aja, Besok sore aku ke Bandung”
“Apa? Besok sore? Nggak salah?”
“Enggak, kenapa? Aku pengen ketemu kamu besok, bisa kan?”
“eh..bi..bisa.., eh..tapi…” mulutku tertahan karena darisebrang sana Giri kembali memotong ucapanku.
“Pokonya besok aku datang kurang lebih jam 7. tunggu aku ya..!
“Eh..i..iya..”
“bye..”
“bye..”
Sambil say goodnight Giri menutup telepon dan meninggalkan kebingungan karena besok dia mau bertemu denganku. Besok !!!  Sementara aku sendiri masih belum yakin mau ketemu atau enggak? Ini orang aneh, berani banget. Baru pertama kali telepon tapi udah kaya yang kenal lama, caranya dia nanya juga begitu terus terang. Tapi yang lebih aneh lagi, Aku jadi takut, takut kalo aku suka padanya, padahal baru di telepon. Kalo nanti ketemu terus aku benar-benar suka sementara dia tidak bagaimana? Ah, terserah deh, let it flow aja. Tidur, itu kata tepat untuk terlepas dari semua pikiran yang ada malam ini.



********

Bersambung


Label: CERBER 0 komentar

Pantai Carita 1 Agustus 11 Malam

Pantai Carita 1 Agustus 11 malam...
Aku cemburu melihat pasir melirik malam..
semilir hawa mendesah..saat ombak cium mesra bibir pantai...
desirnya menguras habis takjubku..

Pantai Carita 1 Agustus 11 malam...
Aku cemburu melihat langit menyisir awan..
indahnya membuat bintang mengencani bulan...
pesonaku terlempar..kalah...

Pantai Carita 1 Agustus 11 malam..
aku menangis ...meratap...ingin memeluk samudera..


Anina Karin, 2 Agustus 2009 04.03 sore
Jagakarsa - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

Izinkan Aku Tergoda

Hai kekasih orang...
Jika kau ada waktu datanglah dalam mimpiku nanti malam
sudilah jawab apa yang kini kutanyakan

Bolehkahku nikmati sisa-sisa senyummu yang kemarin itu
saat wajahmu memahat aksara dewa amor....

Biarkan aku sejenak membingkai tatapmu yang menebar maut
merangkul semua denyut keangkuhanku...

Izinkan aku tergoda sebentar saja
Sebelum perasaan ini kumasukan kedalam keranjang
supaya tak lagi nakal...

Anina Karin, 1 Agustus 2009, 2.28 sore
Jagakarsa - jaksel

Label: PUISI 0 komentar

PERINGATAN!!

PERINGATAN !!!

Bertemu denganmu tidak menyebabkan kanker,
tapi timbul gangguan jiwa, imun hati pada lelaki lain,
dag-dig dug jantung dan rindu setiap waktu.

Ikuti petunjuk perasaan..!
jika rindu berlanjut, hubungi siapa???

 
Anina Karin, 15 Agustus 2009, 04.58 pm
Jagakarsa 39 - Jaksel

Label: PUISI 0 komentar

BIAR

Biar kusembunyikan wajahku disini..
dibelakang sayap-sayapku yang mulai patah tak mampu terbang
diam dan takut...seperti pengecut...

bersimpuh di bawah telapak jiwa ragumu
menengadah menatap warna abu-abu..

biar kusembunyikan rasaku disini..
di tengah gerimis sore yang mulai berangkat gelap
menyambut malam bersama setitik harap..

mampukah aku menjemput pagi..?
bisakah bertemu mentari..?
agar aku bisa sampaikan padamu..
jangan ceritakan indahnya dia padaku..



 Anina Natapradja, 16 Nop'09 - JGKRS I 38, 10.46

Label: PUISI 0 komentar

MULUTKU JANTAN HATIKU PEREMPUAN

5 Januari 2011

"Lo perempuan ape laki sih?"
Pertanyaan yang aneh dan tidak perlu dijawab sebenarnya, karena jelas dari fisik saja sudah kelihatan kalo aku ini berjenis kelamin perempuan. Tapi karena pada dasarnya aku ini baik hati dan tidak mau mengecewakan orang yang bertanya dan sepertinya sangat membutuhkan jawabanku, ya aku jawab, "tergantung batere!"

Sebenarnya aku tau itu pertanyaan bentuk sayang dari temen-temen, dan dilontarkannya pun sambil bercanda, tidak serius. So.. aku juga jawabnya tidak serius lah, hehehe...

Lalu kenapa mereka bertanya seperti itu? Walaupun dengen nada bercanda pasti ada sebabnya. Karena kebiasaanku yang menurut teman-temanku lebih seperti laki-laki. Mulai dari baju kerja yang lebih sering pake jeans, t-shirt dan sepatu teplek (baru kesini-sininya high heels), kebiasaan ngerokok dan ngopi, sampe-sampe ke toilet pun mesti bawa kopi.

Jenis musik yang aku suka juga mungkin mempengaruhi penampilan dan cara-caraku bersikap sehari-hari, tapi justru itu yang bikin aku jadi temen yang asyik. Rock'n Roll. Just Rock'n Roll? No!!!! Semua jenis musik aku suka. hanya saja rock punya tempat lebih di telingaku.

Tapi sebenarnya itu kan hanya tampak luar. Dan sekarang pun aku bahkan sedang belajar untuk lebih perempuan baik dalam bersikap ataupun berpenampilan. Yang lebih penting lagi, biar kata tomboy dan slenge'an, tapi hatiku perempuan.

Label: AKU
« Postingan Lebih Baru
Langganan: Komentar (Atom)

Labels

PUISI AKU CERBER

Mengenai Saya

Foto saya
Karinanina
Sederhana
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2013 (1)
    • ►  November (1)
  • ▼  2012 (44)
    • ▼  Juni (1)
      • GIMANE INGGRISNYE
    • ►  Mei (1)
      • Menikmati Rasa Sakit.....
    • ►  Februari (1)
      • Seseorang dari Masa Lalu - Baik Baik Saja
    • ►  Januari (41)
      • Amunisi dari Bapak......
      • me, coffee'n cigarettes
      • Pertanyaan
      • Sarapan
      • Tak Perlu Telanjang
      • Yang Terpilih - Bag. 5 (Anina Karin)
      • Yang Terpilih - Bag. 4 (Anina Karin)
      • Yag Terpilih - Bag. 3 (Anina karin)
      • Akhir Paragraf
      • Untukmu Sobat
      • Cari Tumpangan
      • Pangeran Krupuk Sambal
      • Tanda Tanya
      • Titik... Titik...
      • Besok Saja, Istriku Bangun
      • Lapar
      • Mungkin Karena
      • Mau Apa?
      • Maafkan Aku
      • Kangen
      • Berikan Aku Bulan
      • Sepotong Selimut
      • Miceunan Karat
      • Maaf, Aku Mau Tanya
      • Leres Saur Apa
      • Bilang Padanya
      • Teman, Aku Rindu
      • Tersesat
      • Perahu Renta
      • Acuhkan Saja
      • Racun
      • Hatiku Hujan Deras
      • Selamat Pagi Bapak
      • Mimpi
      • Yang Terpilih - Bag. 2 (Anina Karin)
      • Yang Terpilih - Bag. 1 (Anina Karin)
      • Pantai Carita 1 Agustus 11 Malam
      • Izinkan Aku Tergoda
      • PERINGATAN!!
      • BIAR
      • MULUTKU JANTAN HATIKU PEREMPUAN
Copyright (c) 2012 Coretan Karinanina.